RESUME
TENTANG
STUDI
ISLAM
DIAJUKAN
KEPADA
DOSEN
: M. HILMI. M.Pd
Untuk
memenuhi tugas
Dalam
Mata Kuliah : STUDI ISLAM
DISUSUN
Oleh
RAFI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )
KUALA
KAPUAS
2012
DAFTAR ISI
RESUME STUDI ISLAM
BAB
I. AGAMA DAN MANUSIA……………………………………………….. 1
A.
Pengertian
Agama……………………………………………………. 1
B.
Bentuk
– Bentuk Agama …………………………………………….. 1
C.
Cara
Manusia Beragama…………………………………………….... 2
D.
Urgensi
Agama Bagi Manusia……………………………………….. 2
E.
Proses
Keberagaman Manusia……………………………………….. 2
BAB
II. ISLAM DAN KRAKTRISTIKNYA……………………………………… 3
A.
Penamaaan
Islam……………………………………………………… 3
B.
Pengertian
Islam………………………………………………………. 3
C.
Krakteristik
Islam…………………………………………………….. 3
D.
Kerangka
Dasar Islam ………………………………………………… 3
E.
Metode
Pemahaman Islam …………………………………………… 3
BAB
III. AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER
DASAR AJARAN ISLAM………… 4
A.
Pengertian
Al-Qur’an………………………………………………… 4
B.
Isi/Kandungan
Al-Qur’an…………………………………………….. 4
C.
Otentisitas
Al-Qur’an…………………………………………………. 4
D.
Posisi
Al-Qur’an Dalam Studi Keislaman……………………………. 5
E.
Al-Qur’an
Sebagai Sistem Islam……………………………………… 5
BAB
IV. AL- SUNNAH SEBAGAI DASAR
OPERASIONAL ISLAM………….. 5
A.
Pengertian
Al- sunnah……………………………………………….. 5
B.
Kedudukan
Sunnah Dan Hadith Dalam Islam…………………….. 6
C.
Fungsi
Sunnah Dalam Al-Qur’an………………………………….. 6
BAB
V. IJTIHAD SEBAGAI SUMBER
DINAMIKA ISLAM ………………….. 6
A.
Pengertian
Dan Dasar Ijtihad………………………………………… 6
B. Persoalan Ijtihad, Ittiba’ Dan
Taqlid……………………………….. 6
C. Hukum Dan Lapangan Ijtihad……………………………………… 7
D. Ijtihad Sebagai Sumber Dinamakan
Islam………………………… 7
BAB VI. ISLAM DAN STUDI AGAMASEBUAH PELACAKAN SEJARAH….. 7
A. Islam Dan Studi Agama…………………………………………….... 7
B. Urgensi Dan Signifikansi Studi
Islam……………………………… 7
C. Perkembangan Studi Islam………………………………………… 7
D. Kecenderungan Baru Studi Islam Di
Barat ………………………… 7
E. Institusionalisasi studi islam di
Indonesia…………………………. 8
BAB VII. ISLAM DAN WANCANA BUDAYA KEAGAMAAN………………… 8
A. Islam Dan Wacana Social Budaya…………………………………… 8
B. Islam Dan Wacana Pembaharuan……………………………………. 8
C. Islam Dan Wacana Otentisitas………………………………………… 8
BAB
I
AGAMA
DAN MANUSIA
Agama merupakan salah
satu aspek yang paling penting dari pada aspek – aspek budaya yang dipelajari
oleh para antropolog dan para ilmuan social lainnya, agama juga telah
memberikan inspirasi untuk memberontak dan melakukan peperangan dan
terutamatelah memperindah dan memperluas karya seni.
A.
Pengertian
Agama
Kata atau term “ agama
“ meskipun keberadaannya di masyarakat
sudah begitu populer , namun secara ontology ia masih sulit dirumuskan
pengertiannya. M. Quraish Shihab mengatakan bahwa agama sebagai sebuah term yang relatife mudah
diucapkan, tetapi sangat sulit didefinisikan dengan tepat. Bahkan mukti ali
menyebut agama sebagai kata yang paling sulit dirumuskan pengertian atau definisinya, “ barangkali tidak ada kata yang paling sulit dirumuskan
pengertiannya selain dari kata agama”
1. Penggunaan
istilah Agama,Religi dan al-Din
2. Pengertian
Agama, religi dan Al-din
a. Pengertian
secara kebahasaan ( Etimologis )
b. Pengertian
secara istilah ( Terminologi )
Adapun diantara definisi agama yang telah
disampaikan oleh para ahli adalah :
1. Definisi
dalam kamus Modern Bahasa Indonesia
2. Didalam
literatur arab
3. Di
dalam ensiklopedi Nasional Indonesia
4. Harun
Nasution
5. Dalam
kepustakaan Arab dan ungkapan yang berbeda dalam memberikan din atau agama.
B.
Bentuk
– Bentuk Agama
Dari sudut kajian
teologis, para agamawan berpendapat bahwa berdasarkan asal – usulnya seluruh
agama yang dianut oleh manusia dapat dikelompokan dalam dua katagori berikut
ini :
-
Agama kebudayaan yaitu agama yang bukan
berasal dari tuhan dengan jalan diwahyukan, tetapi merupakan hasil proses
antropologis, yang terbentuk dari adat istiadat dan selanjutnya melembaga dalam
bentuk agama formal
-
Agama samawi atau agama wahyu yaitu
agama yang diwahyukan dari tuhan melalui malaikatn-Nya kepada utusan-Nya yang
dipilih dari manusia.
Berbida dengan kajian
para teolog, para ilmuan yang diwakili oleh para sarjana antropologi budaya dan
sosiologi agama, melalui kajian keilmuan mereka ( scientivic approacb )
membedakan agama yang ada didunia ini menjadi dua kelompok besar, yaitu
spiritualisme dan materialisme.
1. Spiritualisme
Spiritualisme
adalah agama penyembah sesuatu ( zat ) yang gaib yang tidak Nampak secara
lahiriah, yaitu sesuatu yang memang tidak dapat dilihat dan tidak
dapat berbentuk. Bagian ini terinci lagi dalam beberapa kelompok :
A. Agama
ketuhanan yaitu agama yang para penganutnya menyembah tuhan.
a. Monoteisme
yaitu bentuk religi ( agama )
b. Politeisme,
yaitu bentuk religi ( agama )
B. Agama
Penyembah Roh, adalah kepercayaan orang primitive kepada roh nenek moyang atau
roh pemimpin dan roh para pahlawan yang telah gugur mereka percaya bahwa orang
yang sudah meninggal dapat memberikan pertolongan dan perlindungan kepada
menerka bila mendapat kesulitan. Untuk menghadirkan roh – roh tersebut perlu
diadakan upacara keagamaan yang khusus dan kompleks.
2.
Materialism
Materialism
adalah agama yang mendasarkan kepercayaannya terhadap tuhan yang dilambangkan
dalam wujud benda – benda material, seperti patung manusia atau binatang dan
berhala atau sesuatu yang dibangun dan dibuat untuk disembah, agama materialism
pada hakikatnya tidak terlalu jauh perbedaannya dengan agam spiritualisme,
sebab keduanya mempercayai jiwa atau sesuatu yang gaib.
C.
Cara
Manusia Beragama
Manusia dalam praktek beragama dan
keberagamaannya berbeda – beda satu dengan lainnya. Hal ini disesuaikan dengan
tingkat pengalaman keberagamaan masing – masing pemeluknya. Ada beberapa cara
yang perlu diketahui, yaitu :
1. Cara
mistik
2. Cara
penalaran,
3. Cara
amal saleh,
4. Cara
sinkretisme.
D.
Urgensi
Agama Bagi Manusia
untuk memahami tingkat urgensi agama
bagi manusia kiranya perlu diketahui lebih dulu eksistensi manusia dan
kebutuhan – kebutuhannya di satu pihak, dan kemudian dikaitkan dengan peran
yang bisa difungsikan oleh agama terhadap kebutuhan itu pada pihak lain.
Manusia diciptakan ke dunia telah dibekali dengan seperangkat potensi untuk
keberlangsungan hidup dan kehidupannya .
E.
Proses
Keberagaman Manusia
Sejalan dengan keberadaan agama
merupakan fitrah manusia, maka Nurcholish Madjid pernah menyebutkan sebagai hal
yang amat natural, dan sekaligus merupakan kebutuhan esensial manusia.
Manyangkut kecenderungan manusia dalam beragama, yang sudah merupakan natur
bagi setiap manusia itu, setidaknya ada dua teori yang dikemukakan oleh para
ahli.
1. Teori
wahyu.
2. Teori
antropologis,
BAB
II
ISLAM
DAN KRAKTRISTIKNYA
A.
Penamaaan
Islam
Terkait
dengan penamaan agama yang disampaikan oleh nabi Muhammad saw dengan sebutan”
islam “. Oleh karena itu menamakan agama islam dengan muhamme danism, disamping
salah dan merupakan penghinaan, sekaligus berarti telah mengendikkan agama
Kristen dengan paulusisma, yang hal itu tidak relevan dengan eksistensi agama
itu sendiri, dan karena itu mesti ditolak jadi sebutan yang tepat terhadap
agama yang disampaikan oleh nabi Muhammad adalah islam, bukan mohammedanisme,
dan sebutan seperti itu merupakan ketetapan dari Allah sendiri dalam firmannya.
B.
Pengertian
Islam
Islam
adalah agama samawi penutup yang diturunkan tuhan kedunia melalui seorang
rasul. Misi utamanya adalah mengantarkan manusia menuju pada kehidupan yang
damai, harmonis,aman, tentram, sejahtra, dan bahagia tudak hanya didunia, namun
juga pada kehidupan akhirat.
C.
Krakteristik
Islam
1. Jangkauan
dan sasaran dakwah islam. Kita keteahui bahwa para utusan sebelum Muhammad
hanya diutus kepada kaum atau bangsa tertentu, sehingga misi dakwahnya besifat
local.
2. Ajaran
islam bersifat waqiiyah, yakni berbijak pada kenyataan objektip manusia. Dengan
kata lain, ajaran islam itu sendiri dengan realitas dasar manusia.
D.
Kerangka
Dasar Islam
1. aqidah
2. syariah
3. akhlak
E.
metode
pemahaman islam
1. pendekatan
naqli ( teradisional )
pendekatan
naqli adalah metode memahami islam dengan langsung merujuk kepada makna harfiah
atau makna tekstual Al-Qur”an dan sunnah, tanpa memberikan peranan kepada akal
dan hasil pemikiran lainnya.
2. Pendekatan
aqli ( rasional )
Pendekatan
kedua ini cenderung pada model pemahaman islam dengan menekankan pada
rasionallitas dan spikualatif
3. Pendekatan
kasyfi ( mistis )
Metode
ini dipergunakan oleh para sufi untuk memperoleh pengetahuan atau ma’rifah
secara langsung dari Allah dengan instuisi sebagai instruminnya, bukan melalui
nalar.
BAB
III
AL-QUR’AN
SEBAGAI SUMBER DASAR AJARAN ISLAM
A.
Pengertian
Al-Qur’an
Secara
etimologis, kata al-Qur’an mengandung arti bacaan yang dibaca. Lafadz al-Qur’an
berbentuk isim mashdar dengan “isim maf’ul lafadz al-Qur’an dengan arti bacaan,
misalnya dapat dilihat pada firman Allah yang artinya sebagai berikutnya :
“ janganlah, engkau menggerakkan
lidahmu untuk terburu – buru membacanya. Sesungguhnya menjadi tanggungan-ku
mengumpulkan dan membacanya. Maka apabila kami membacanya, maka ikutilah
pembacaannya” (Qs.al-Qiyamah: 16-18 )
Pokok yang mutlak
terkandung dalam pengertian al-Qur’an adalah :
1.
Al-Qur’an adalah kalamullah yang
bersifat mu’jiz
2.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang khusus
diturunkan kepada nabi Muhammad
3.
Metode pewahyuan Al-Qur’an mesti melalui
jibril, meski tidak semua yang diwahyukan lewat jibril berwujud Al-Qur’an
4.
Al-Qur’an bahasa arab, yang lafaz dan
tentu juga maknanya berasal langsung dari Allah
5.
Al-Qur’an adalah kalamullah yang
eksistensinya sudah tertuliskan dalam mushaf
6.
Al-Qur’an merupakan kalamullah yang
membacanya saja sudah dinilai sebagai ibadah
7.
Al-Qur’an merupakan kalamullah yang
periwayatannya secara mutawatir.
B.
Isi/Kandungan
Al-Qur’an
Seluruh
umat Islam sepakat bahwa Islam yang disampaikan oelh Muhammad adalah agama yang
sempurna, dan bahkan paling sempurna.
Hal ini didasarkan pada
Qs.al-ma’idah ayat 3 :
Artinya : “ Hari ini
telah kesempurnaan untuk kamu agamamu,dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-Ku,
dan telah Kuridhai islam itu jadi agamamu”
C.
Otentisitas
Al-Qur’an
Al-Qur’an
merupakan satu – satunya kitab suci yang terpelihara nilai otentisitasnya. Di
dalam surat al-hijr ayat 9 Allah menyatakan sendiri jaminan atas keaslian
Al-Qur’an
Artinya : ‘sesungguhnya
kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya kami benar – benar
memeliharanya ( Qs.Al-Hijr : 9 )
Ayat tersebut memuat janji Allah untuk menjaga otentisitas
Al-Qur’an.
1. Bukti
Otentisitas Al-Qur’an dilihat dari ciri – cirri dan sifatnya
a. Keunikan
Redaksi Al-Qur’an
b. Kemukjizatan
Al-Qur’an
2.
Bukti Otentisitas Al-Qur’an dilihat dari
Aspek Kesejahteraannya
3.
Bukti Otentisitas Al-Qur’an dilihat
dari Pengakuan pemikir Non-Muslim
Banyak
pemikir non-muslim yang mengakui secara objektif, jujur dan ikhlas mengenai
Otentisitas Al-Qur’an seperti :
a. Prof.
George Sale, cendekiawan asal Inggris
b. Prof.
G. margoliouth
c. Dr.
Joseph Charles mardus, seorang pemikir perancis
D.
Posisi
Al-Qur’an Dalam Studi Keislaman
Tak ada khilaf
sedikitpun dikalangan umat islam, bahwa al-Qur’an landasan pokok bagi syari’at
islam.
E.
Al-Qur’an
Sebagai Sistem Islam
1. Perbedaan
metode dan kecenderungan dalam memahami Al-Qur’an
2. Menyorot
pengertian tafsir bi al-Ma’thurdan bi al-ra’yi
a. Tafsir
bi al-ma’Thur
1. Penafsiran
ayat Al-qur’an dengan ayat Al-Qur’an yang lain
2. Penafsiran
ayat Al-qur’an dengan hadits
3. Penafsiran
ayat Al-qur’an dengan atharsahabat
4. Kedudukan
pendapat tabi’in dalam menafsirkan al-Qur’an
b. Tafsir
bi al-ra’yi
Menurut hemat penulis, tafsir bi
al-ra’yi adalah suatu jenis penafsiran yang dilakukan dengan mengembangkan
wancana-wancana tekstual ( nash – nash )
3. Kondisi
( system ) penafsiran Pasca Rasul Allah
BAB
IV
AL-
SUNNAH SEBAGAI DASAR OPERASIONAL ISLAM
A.
Pengertian
Al- sunnah
Untuk menyambut apa
yang berasal dari nabi Muhammad, setidaknya ada dua istilah populer di kalangan
masyarakat islam yakni al-sunnah dan al- hadits. Dua istilah ini terkadang
masih dianggap kurang definitive, sehingga masih perlu dipertegas lagi menjadi
hadits nabi dan sunnah nabi atau Rasul.
B.
Kedudukan
Sunnah Dan Hadith Dalam Islam
Umat islam sepakat
bahwa sunnah merupakan sumber kedua ajaran islam setelah Al- qur’an, meski
dikalangan imam madzhab ada perbedaan
dalam penentuan syarat penerimaannya.
C.
Fungsi
Sunnah Dalam Al-Qur’an
Adapun fungsi sunnah
terhadap Al-Qur’an selengkapnya telah disampaikan oleh Muhammad Abu zahu
berikut ini :
Menegaskan kembali hokum – hokum yang
sudah ditetapkan
Al- Qur ‘an. Disini hadist seakan – akan
hanya mengulangi ketetapan
Al- Qur ‘an, sehingga hokum itu memiliki
dua sumber rujukan dan atasnya terdapat dua dalil
yakni Al- Qur ‘an dan hadis sebagai
missal dalam hal ini adalah :
“ Hai orang – orang yang beriman,
janganlah kamu makan harta di antara kamu sekalian dengan cara batil” (
Qs.an-Nisa : 29 )
Terhadap ayat tersebut Rasulullah
kemudian mengatakan :
“ Tidak halal harta seorang muslim
kecuali ( hasil pekerjaan ) yang baik dari dirinya sendiri”
BAB
V
IJTIHAD
SEBAGAI SUMBER DINAMIKA ISLAM
A.
Pengertian
Dan Dasar Ijtihad
Ajaran
islam, yang secara normatif terdapat
dalam Al- Qur ‘an dan al- sunnah, masih memerlukan penelahan dan pengkajian
yang sungguh – sungguh secara berkesinambu-ngan.
B. Persoalan Ijtihad, Ittiba’ Dan
Taqlid
1. Persoalan
Ijtihad
Persoalan
penting lain yang tidak dapat diabaikan dalam melakukan ijtihaj adalah
terpenuhinya syarat – syarat ijtihad.
2. Persoalan
ittiba
Ittiba
ialah menerima perkataan orang lain dengan mengetahui sumber atau alas an
tersebut.
3. Persoalan
taqlid
Taqlid
berasal dari kata qallada – yuqallidu – taqlidan, artinya mengikut, menurut,
membututi, dibelakang, orang yang mengikut, menurut dan mengikuti di belakang
disebut muqallid.
C. Hukum Dan Lapangan Ijtihad
Jika seorang muslim
dihadapkan kepada suatu peristiwa, atau ditanya mengenai suatu masalah yang
berkaitan dengan hokum syara maka hokum melakukan ijtihad ada bermacam – macam.
Sebagaimana diuraikan oleh wahbah al-Zuhaili, boleh jadi hukum ijtihad itu
adalah wajib’ain , wajib kifayah, sunnah dan bahkan atau haram, tergantung pada
kapasitas orang yang berangkutan.
D. Ijtihad Sebagai Sumber Dinamakan
Islam
Umat islam dituntut
untuk keluar dari kemelut itu, yakni dengan cara melakukan ijtihad. Oleh karena
itu ijtihad sangat penting meskipun tidak bisa dilakukan oleh setiap orang.
Adapun kepentiangannya itu disebabkan oleh hal – hal berikut ini :
1. Jarak
antara kita dengan masa tasyri’ semakin jauh
2. Syariat
disampaikan dalam al-Qur’an dan alsunnah secara komprehensif, memerlukan
penelahaan dan pengkajian yang sungguh – sungguh.
BAB VI
ISLAM DAN STUDI AGAMASEBUAH
PELACAKAN SEJARAH
A.
Islam
Dan Studi Agama
Islam sebagai agama tidak dating ke dalam “ ruangan “ dan
kondisi yang kosong. Islam hadir kepada suatu masyarakat yang sudah sarat
dengan kayakinan, tradisi dan praktik – praktik kehidupan.
B. Urgensi Dan Signifikansi Studi
Islam
Agama adalah ibarat
manusia. Untuk mengetahui perihal manusia, harus dipergunakan dua cara :
1. Membaca
ide dan pemikiran yang bersangkutan yang tertuang dalam berbagai karangan,
pernyataan dan pekerjaannya.
2. Mempelajari
bigrafinya
C. Perkembangan Studi Islam
Untuk kepentingan spesifik keilmuan,
menurut penulis, perlu di bedakan wacana studi islam sebagai bagian dari
pradapan islam ( Islamic civilization ) dan studi islam sebagai bagian dari
kajian akademis ( islamologi ). Pembedaan itu dilakukan bukan dengan menafikan
realitas bahwa dinamika keduanya sering dalam posisi saling mengisi.
D. Kecenderungan Baru Studi Islam Di
Barat
Sejak dua dekade
terakhir ada kecenderungan baru dalam kajian islam di barat yang menarik untuk
dikaji. Secara umum, kajian Islam dibarat sebelum dekade 70-an diwarnai oelh
sikap “curiga” yang tinggi terhadap islam. Ini terlihat dari karya – karya
intelektual para orientalis yang kebanyakan menyudutkan islam atau
memperlihatkan warna anti islam.
E. Institusionalisasi studi islam di
Indonesia
Kajian islam di
Indonesia bukanlah tumbuh dan berkembang dari realita historis yang kosong, ia
hadir secara kronologis dalam konteks ruang dan waktu yang jelas, sebagai
respon sejarah atas sejumlah persoalan keagamaan yang dialami umat islam di
negeri ini. Secara substantif, kajian islam sebenarnya sudah dimulai semenjak
agama ini datang ke Indonesia pada abad 13 dan mencapai momentum spritualnya
pada abad ke 17. Kajian keislaman di masa – masa ini diwarnai oleh proses
tranformasi nilai keagamaan secara besar – besaran yang dilakukan oleh para
pemimpin sufi dan ulama terutama lembaga – lembaga pendidikan tradisional
seperti pesantren.
BAB
VII
ISLAM
DAN WANCANA BUDAYA KEAGAMAAN
A.
Islam
Dan Wacana Social Budaya
Ada pertanyaan yang
sangat mendasar sebelum kita jelaskan apa kaitan islam dengan budaya.adalah dua
bidang yang dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan. Agama bernilai
mutlak, tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat. Sedangkan budaya,
sekalipun berdasarkan agama, dapat berubah dari waktu ke waktu dan tempat ke
tempat.
B.
Islam
Dan Wacana Pembaharuan
Interaksi manusia
dengan sesame, lingkungan, maupun dengan kekuatan – kekuatan di luar dirinya
selalu melahirkan perubahan – perubahan di dalam kehidupannya. Dinamika
kehidupan manusia dapat dipastikan identik dengan lahirnya perubahan yaitu :
1. Landasan
teologis pembaharuan islam
2. Watak
dasar universal islam
3. Watak
dasar terbuka islam
4. Makna
pembaharuan islam dan karakteristiknya
C.
Islam
Dan Wacana Otentisitas
Islam ibarat bola salju
( snow ball ). Semakin lama dan semakin jauh islam “ menggelinding” semakin
banyak wajah yang akan muncul sebagai gambarnya. Keragaman itu timbul karena
persoalan ruang dan waktu. Perbedaan ruang dan waktu itu akan melahirkan
perbedaan tantangan yang akan dihadapi oleh masyarakat. Karena tantangan
berbeda, islam sebagai sebuah agama, yang nota beneturunnya untuk memecahkan
persoalan masyarakat, akan dipahami oleh masyarakat bersangkutan sesuai dengan
setting yang mereka hadapi. Maka muncullah wajah yang beragam, baik secara
sinkoronis ( antara masyarakat ditempat yang satu dengan masyarakat di tempat
lain pada waktu yang bersamaan ) maupun secara diakronis ( antara generasi satu
dengan lain, sebelum atau sesudahnya ), atau bisa jadi antara setting wilayah
geografis satu dengan wilayah lainnya. Islam yang ada di Indonesia bisa jadi
berbeda dengan di timur tengah. Hal ini dikerenakan perbedaan pemahaman
masyarakatnya akibat setting ruang yang tidak sama. Begitu pula islam yang
dipahami generasi abad pertengahan maupun abad modern ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar