Sabtu, 25 Agustus 2012

RESUME STUDI ISLAM



RESUME
TENTANG
STUDI ISLAM
DIAJUKAN KEPADA
DOSEN : M. HILMI. M.Pd
Untuk memenuhi tugas
Dalam Mata Kuliah : STUDI ISLAM

DISUSUN
Oleh
RAFI




SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )
KUALA KAPUAS
2012

DAFTAR ISI
RESUME STUDI ISLAM
BAB I.             AGAMA DAN MANUSIA………………………………………………..        1
A.     Pengertian Agama…………………………………………………….        1
B.     Bentuk – Bentuk Agama ……………………………………………..       1
C.     Cara Manusia Beragama……………………………………………....       2
D.     Urgensi Agama Bagi Manusia………………………………………..        2
E.      Proses Keberagaman Manusia………………………………………..        2
BAB II.                        ISLAM DAN KRAKTRISTIKNYA………………………………………         3
A.     Penamaaan Islam………………………………………………………        3
B.     Pengertian Islam……………………………………………………….         3
C.     Krakteristik Islam……………………………………………………..                     3
D.     Kerangka Dasar Islam …………………………………………………       3
E.      Metode Pemahaman Islam ……………………………………………        3
BAB III.           AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER DASAR AJARAN ISLAM…………        4
A.     Pengertian Al-Qur’an…………………………………………………                      4
B.     Isi/Kandungan Al-Qur’an……………………………………………..                     4
C.     Otentisitas Al-Qur’an………………………………………………….         4
D.     Posisi Al-Qur’an Dalam Studi Keislaman…………………………….        5
E.      Al-Qur’an Sebagai Sistem Islam………………………………………        5
BAB IV.          AL- SUNNAH SEBAGAI DASAR OPERASIONAL ISLAM…………..                      5
A.     Pengertian Al- sunnah………………………………………………..                      5
B.     Kedudukan Sunnah Dan Hadith Dalam Islam……………………..                       6
C.     Fungsi Sunnah Dalam Al-Qur’an…………………………………..                        6
BAB V.            IJTIHAD SEBAGAI SUMBER DINAMIKA ISLAM …………………..                      6
A.     Pengertian Dan Dasar Ijtihad…………………………………………                     6
B.     Persoalan Ijtihad, Ittiba’ Dan Taqlid………………………………..                       6
C.     Hukum Dan Lapangan Ijtihad………………………………………                       7
D.     Ijtihad Sebagai Sumber Dinamakan Islam…………………………                        7
BAB VI.          ISLAM DAN STUDI AGAMASEBUAH PELACAKAN SEJARAH…..                      7
A.     Islam Dan Studi Agama……………………………………………....                     7
B.     Urgensi Dan Signifikansi Studi Islam………………………………                        7
C.     Perkembangan Studi Islam…………………………………………             7
D.     Kecenderungan Baru Studi Islam Di Barat …………………………                      7
E.      Institusionalisasi studi islam di Indonesia………………………….                        8
BAB VII.         ISLAM DAN WANCANA BUDAYA KEAGAMAAN…………………                     8
A.     Islam Dan Wacana Social Budaya……………………………………                     8
B.     Islam Dan Wacana Pembaharuan…………………………………….                     8
C.     Islam Dan Wacana Otentisitas…………………………………………       8





BAB I
AGAMA DAN MANUSIA
Agama merupakan salah satu aspek yang paling penting dari pada aspek – aspek budaya yang dipelajari oleh para antropolog dan para ilmuan social lainnya, agama juga telah memberikan inspirasi untuk memberontak dan melakukan peperangan dan terutamatelah memperindah dan memperluas karya seni.
A.    Pengertian Agama
Kata atau term “ agama “ meskipun keberadaannya di masyarakat  sudah begitu populer , namun secara ontology ia masih sulit dirumuskan pengertiannya. M. Quraish Shihab mengatakan bahwa  agama sebagai sebuah term yang relatife mudah diucapkan, tetapi sangat sulit didefinisikan dengan tepat. Bahkan mukti ali menyebut agama sebagai kata yang paling sulit dirumuskan pengertian  atau definisinya, “ barangkali tidak ada  kata yang paling sulit dirumuskan pengertiannya selain dari kata agama”
1.      Penggunaan istilah Agama,Religi dan al-Din
2.      Pengertian Agama, religi dan Al-din
a.       Pengertian secara kebahasaan ( Etimologis )
b.      Pengertian secara istilah ( Terminologi )
Adapun diantara definisi agama yang telah disampaikan oleh para ahli adalah :
1.      Definisi dalam kamus Modern Bahasa Indonesia
2.      Didalam literatur arab
3.      Di dalam ensiklopedi Nasional Indonesia
4.      Harun Nasution
5.      Dalam kepustakaan Arab dan ungkapan yang berbeda dalam memberikan din atau agama.
B.     Bentuk – Bentuk Agama
Dari sudut kajian teologis, para agamawan berpendapat bahwa berdasarkan asal – usulnya seluruh agama yang dianut oleh manusia dapat dikelompokan dalam dua katagori berikut ini :
-          Agama kebudayaan yaitu agama yang bukan berasal dari tuhan dengan jalan diwahyukan, tetapi merupakan hasil proses antropologis, yang terbentuk dari adat istiadat dan selanjutnya melembaga dalam bentuk agama formal
-          Agama samawi atau agama wahyu yaitu agama yang diwahyukan dari tuhan melalui malaikatn-Nya kepada utusan-Nya yang dipilih dari manusia.
Berbida dengan kajian para teolog, para ilmuan yang diwakili oleh para sarjana antropologi budaya dan sosiologi agama, melalui kajian keilmuan mereka ( scientivic approacb ) membedakan agama yang ada didunia ini menjadi dua kelompok besar, yaitu spiritualisme dan materialisme.

1.      Spiritualisme
Spiritualisme adalah agama penyembah sesuatu ( zat ) yang gaib yang tidak Nampak secara lahiriah, yaitu  sesuatu  yang memang tidak dapat dilihat dan tidak dapat berbentuk. Bagian ini terinci lagi dalam beberapa kelompok  :
A.    Agama ketuhanan yaitu agama yang para penganutnya menyembah tuhan.
a.       Monoteisme yaitu bentuk religi ( agama )
b.      Politeisme, yaitu bentuk religi ( agama ) 
B.     Agama Penyembah Roh, adalah kepercayaan orang primitive kepada roh nenek moyang atau roh pemimpin dan roh para pahlawan yang telah gugur mereka percaya bahwa orang yang sudah meninggal dapat memberikan pertolongan dan perlindungan kepada menerka bila mendapat kesulitan. Untuk menghadirkan roh – roh tersebut perlu diadakan upacara keagamaan yang khusus dan kompleks.
2.      Materialism
Materialism adalah agama yang mendasarkan kepercayaannya terhadap tuhan yang dilambangkan dalam wujud benda – benda material, seperti patung manusia atau binatang dan berhala atau sesuatu yang dibangun dan dibuat untuk disembah, agama materialism pada hakikatnya tidak terlalu jauh perbedaannya dengan agam spiritualisme, sebab keduanya mempercayai jiwa atau sesuatu yang gaib.

C.    Cara Manusia Beragama
Manusia dalam praktek beragama dan keberagamaannya berbeda – beda satu dengan lainnya. Hal ini disesuaikan dengan tingkat pengalaman keberagamaan masing – masing pemeluknya. Ada beberapa cara yang perlu diketahui, yaitu :
1.      Cara mistik
2.      Cara penalaran,
3.      Cara amal saleh,
4.      Cara sinkretisme.
D.    Urgensi Agama Bagi Manusia
untuk memahami tingkat urgensi agama bagi manusia kiranya perlu diketahui lebih dulu eksistensi manusia dan kebutuhan – kebutuhannya di satu pihak, dan kemudian dikaitkan dengan peran yang bisa difungsikan oleh agama terhadap kebutuhan itu pada pihak lain. Manusia diciptakan ke dunia telah dibekali dengan seperangkat potensi untuk keberlangsungan hidup dan kehidupannya .
E.     Proses Keberagaman Manusia
Sejalan dengan keberadaan agama merupakan fitrah manusia, maka Nurcholish Madjid pernah menyebutkan sebagai hal yang amat natural, dan sekaligus merupakan kebutuhan esensial manusia. Manyangkut kecenderungan manusia dalam beragama, yang sudah merupakan natur bagi setiap manusia itu, setidaknya ada dua teori yang dikemukakan oleh para ahli.
1.      Teori wahyu.
2.      Teori antropologis,

BAB II

ISLAM DAN KRAKTRISTIKNYA

A.    Penamaaan Islam
Terkait dengan penamaan agama yang disampaikan oleh nabi Muhammad saw dengan sebutan” islam “. Oleh karena itu menamakan agama islam dengan muhamme danism, disamping salah dan merupakan penghinaan, sekaligus berarti telah mengendikkan agama Kristen dengan paulusisma, yang hal itu tidak relevan dengan eksistensi agama itu sendiri, dan karena itu mesti ditolak jadi sebutan yang tepat terhadap agama yang disampaikan oleh nabi Muhammad adalah islam, bukan mohammedanisme, dan sebutan seperti itu merupakan ketetapan dari Allah  sendiri dalam firmannya.
B.     Pengertian Islam
Islam adalah agama samawi penutup yang diturunkan tuhan kedunia melalui seorang rasul. Misi utamanya adalah mengantarkan manusia menuju pada kehidupan yang damai, harmonis,aman, tentram, sejahtra, dan bahagia tudak hanya didunia, namun juga pada kehidupan akhirat.
C.    Krakteristik Islam
1.      Jangkauan dan sasaran dakwah islam. Kita keteahui bahwa para utusan sebelum Muhammad hanya diutus kepada kaum atau bangsa tertentu, sehingga misi dakwahnya besifat local.
2.      Ajaran islam bersifat waqiiyah, yakni berbijak pada kenyataan objektip manusia. Dengan kata lain, ajaran islam itu sendiri dengan realitas dasar manusia.
D.    Kerangka Dasar Islam
1.      aqidah
2.      syariah
3.      akhlak
E.     metode pemahaman islam
1.      pendekatan naqli ( teradisional )
pendekatan naqli adalah metode memahami islam dengan langsung merujuk kepada makna harfiah atau makna tekstual Al-Qur”an dan sunnah, tanpa memberikan peranan kepada akal dan hasil pemikiran lainnya.
2.      Pendekatan aqli ( rasional )
Pendekatan kedua ini cenderung pada model pemahaman islam dengan menekankan pada rasionallitas dan spikualatif
3.      Pendekatan kasyfi ( mistis )
Metode ini dipergunakan oleh para sufi untuk memperoleh pengetahuan atau ma’rifah secara langsung dari Allah dengan instuisi sebagai instruminnya, bukan melalui nalar.



BAB III
AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER DASAR AJARAN ISLAM

A.    Pengertian Al-Qur’an
Secara etimologis, kata al-Qur’an mengandung arti bacaan yang dibaca. Lafadz al-Qur’an berbentuk isim mashdar dengan “isim maf’ul lafadz al-Qur’an dengan arti bacaan, misalnya dapat dilihat pada firman Allah yang artinya sebagai berikutnya :
“ janganlah, engkau menggerakkan lidahmu untuk terburu – buru membacanya. Sesungguhnya menjadi tanggungan-ku mengumpulkan dan membacanya. Maka apabila kami membacanya, maka ikutilah pembacaannya” (Qs.al-Qiyamah: 16-18 )
Pokok yang mutlak terkandung dalam pengertian al-Qur’an adalah :
1.      Al-Qur’an adalah kalamullah yang bersifat mu’jiz
2.      Al-Qur’an adalah kitab suci yang khusus diturunkan kepada nabi Muhammad
3.      Metode pewahyuan Al-Qur’an mesti melalui jibril, meski tidak semua yang diwahyukan lewat jibril berwujud Al-Qur’an
4.      Al-Qur’an bahasa arab, yang lafaz dan tentu juga maknanya berasal langsung dari Allah
5.      Al-Qur’an adalah kalamullah yang eksistensinya sudah tertuliskan dalam mushaf
6.      Al-Qur’an merupakan kalamullah yang membacanya saja sudah dinilai sebagai ibadah
7.      Al-Qur’an merupakan kalamullah yang periwayatannya secara mutawatir.

B.     Isi/Kandungan Al-Qur’an
Seluruh umat Islam sepakat bahwa Islam yang disampaikan oelh Muhammad adalah agama yang sempurna, dan bahkan paling sempurna.
Hal ini didasarkan pada Qs.al-ma’idah ayat 3 :
Artinya : “ Hari ini telah kesempurnaan untuk kamu agamamu,dan telah kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai islam itu jadi agamamu”
C.    Otentisitas Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan satu – satunya kitab suci yang terpelihara nilai otentisitasnya. Di dalam surat al-hijr ayat 9 Allah menyatakan sendiri jaminan atas keaslian Al-Qur’an
Artinya : ‘sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya kami benar – benar memeliharanya ( Qs.Al-Hijr : 9 )



Ayat tersebut memuat janji Allah untuk menjaga otentisitas Al-Qur’an.
1.      Bukti Otentisitas Al-Qur’an dilihat dari ciri – cirri dan sifatnya
a.       Keunikan Redaksi Al-Qur’an
b.      Kemukjizatan Al-Qur’an

2.      Bukti Otentisitas Al-Qur’an dilihat dari Aspek Kesejahteraannya
3.      Bukti Otentisitas Al-Qur’an dilihat dari  Pengakuan pemikir Non-Muslim
Banyak pemikir non-muslim yang mengakui secara objektif, jujur dan ikhlas mengenai Otentisitas Al-Qur’an seperti :
a.       Prof. George Sale, cendekiawan asal Inggris
b.      Prof. G. margoliouth
c.       Dr. Joseph Charles mardus, seorang pemikir perancis

D.    Posisi Al-Qur’an Dalam Studi Keislaman
Tak ada khilaf sedikitpun dikalangan umat islam, bahwa al-Qur’an landasan pokok bagi syari’at islam.
E.     Al-Qur’an Sebagai Sistem Islam
1.      Perbedaan metode dan kecenderungan dalam memahami Al-Qur’an
2.      Menyorot pengertian tafsir bi al-Ma’thurdan bi al-ra’yi
a.       Tafsir bi al-ma’Thur
1.      Penafsiran ayat Al-qur’an dengan ayat Al-Qur’an yang lain
2.      Penafsiran ayat Al-qur’an dengan hadits
3.      Penafsiran ayat Al-qur’an dengan atharsahabat
4.      Kedudukan pendapat tabi’in dalam menafsirkan al-Qur’an
b.      Tafsir bi al-ra’yi
Menurut hemat penulis, tafsir bi al-ra’yi adalah suatu jenis penafsiran yang dilakukan dengan mengembangkan wancana-wancana tekstual ( nash – nash )
3.      Kondisi ( system ) penafsiran Pasca Rasul Allah

BAB IV
AL- SUNNAH SEBAGAI DASAR OPERASIONAL ISLAM

A.    Pengertian Al- sunnah
Untuk menyambut apa yang berasal dari nabi Muhammad, setidaknya ada dua istilah populer di kalangan masyarakat islam yakni al-sunnah dan al- hadits. Dua istilah ini terkadang masih dianggap kurang definitive, sehingga masih perlu dipertegas lagi menjadi hadits nabi dan sunnah nabi atau Rasul.



B.     Kedudukan Sunnah Dan Hadith Dalam Islam
Umat islam sepakat bahwa sunnah merupakan sumber kedua ajaran islam setelah Al- qur’an, meski dikalangan imam madzhab ada perbedaan dalam penentuan syarat penerimaannya.
C.    Fungsi Sunnah Dalam Al-Qur’an
Adapun fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an selengkapnya telah disampaikan oleh Muhammad Abu zahu berikut ini :
Menegaskan kembali hokum – hokum yang sudah ditetapkan
Al- Qur ‘an. Disini hadist seakan – akan hanya mengulangi ketetapan
Al- Qur ‘an, sehingga hokum itu memiliki dua sumber rujukan dan atasnya terdapat dua dalil


yakni Al- Qur ‘an dan hadis sebagai missal dalam hal ini adalah :

“ Hai orang – orang yang beriman, janganlah kamu makan harta di antara kamu sekalian dengan cara batil” ( Qs.an-Nisa : 29 )

Terhadap ayat tersebut Rasulullah kemudian mengatakan :

“ Tidak halal harta seorang muslim kecuali ( hasil pekerjaan ) yang baik dari dirinya sendiri”

BAB V
IJTIHAD SEBAGAI SUMBER DINAMIKA ISLAM


A.    Pengertian Dan Dasar Ijtihad
Ajaran islam, yang secara normatif  terdapat dalam Al- Qur ‘an dan al- sunnah, masih memerlukan penelahan dan pengkajian yang sungguh – sungguh secara berkesinambu-ngan.
B.     Persoalan Ijtihad, Ittiba’ Dan Taqlid
1.   Persoalan Ijtihad
Persoalan penting lain yang tidak dapat diabaikan dalam melakukan ijtihaj adalah terpenuhinya syarat – syarat ijtihad.
2.   Persoalan ittiba
Ittiba ialah menerima perkataan orang lain dengan mengetahui sumber atau alas an tersebut.
3.   Persoalan taqlid
Taqlid berasal dari kata qallada – yuqallidu – taqlidan, artinya mengikut, menurut, membututi, dibelakang, orang yang mengikut, menurut dan mengikuti di belakang disebut muqallid.




C.    Hukum Dan Lapangan Ijtihad
Jika seorang muslim dihadapkan kepada suatu peristiwa, atau ditanya mengenai suatu masalah yang berkaitan dengan hokum syara maka hokum melakukan ijtihad ada bermacam – macam. Sebagaimana diuraikan oleh wahbah al-Zuhaili, boleh jadi hukum ijtihad itu adalah wajib’ain , wajib kifayah, sunnah dan bahkan atau haram, tergantung pada kapasitas orang yang berangkutan.
D.    Ijtihad Sebagai Sumber Dinamakan Islam
Umat islam dituntut untuk keluar dari kemelut itu, yakni dengan cara melakukan ijtihad. Oleh karena itu ijtihad sangat penting meskipun tidak bisa dilakukan oleh setiap orang. Adapun kepentiangannya itu disebabkan oleh hal – hal berikut ini :
1.   Jarak antara kita dengan masa tasyri’ semakin jauh
2.   Syariat disampaikan dalam al-Qur’an dan alsunnah secara komprehensif, memerlukan penelahaan dan pengkajian yang sungguh – sungguh.

BAB VI
ISLAM DAN STUDI AGAMASEBUAH PELACAKAN SEJARAH
A.    Islam Dan Studi Agama
     Islam sebagai agama tidak dating ke dalam “ ruangan “ dan kondisi yang kosong. Islam hadir kepada suatu masyarakat yang sudah sarat dengan kayakinan, tradisi dan praktik – praktik kehidupan.
B.     Urgensi Dan Signifikansi Studi Islam
Agama adalah ibarat manusia. Untuk mengetahui perihal manusia, harus dipergunakan dua cara :
1.   Membaca ide dan pemikiran yang bersangkutan yang tertuang dalam berbagai karangan, pernyataan dan pekerjaannya.
2.   Mempelajari bigrafinya
C.    Perkembangan Studi Islam
            Untuk kepentingan spesifik keilmuan, menurut penulis, perlu di bedakan wacana studi islam sebagai bagian dari pradapan islam ( Islamic civilization ) dan studi islam sebagai bagian dari kajian akademis ( islamologi ). Pembedaan itu dilakukan bukan dengan menafikan realitas bahwa dinamika keduanya sering dalam posisi saling mengisi.
D.    Kecenderungan Baru Studi Islam Di Barat
Sejak dua dekade terakhir ada kecenderungan baru dalam kajian islam di barat yang menarik untuk dikaji. Secara umum, kajian Islam dibarat sebelum dekade 70-an diwarnai oelh sikap “curiga” yang tinggi terhadap islam. Ini terlihat dari karya – karya intelektual para orientalis yang kebanyakan menyudutkan islam atau memperlihatkan warna anti islam.





E.     Institusionalisasi studi islam di Indonesia
Kajian islam di Indonesia bukanlah tumbuh dan berkembang dari realita historis yang kosong, ia hadir secara kronologis dalam konteks ruang dan waktu yang jelas, sebagai respon sejarah atas sejumlah persoalan keagamaan yang dialami umat islam di negeri ini. Secara substantif, kajian islam sebenarnya sudah dimulai semenjak agama ini datang ke Indonesia pada abad 13 dan mencapai momentum spritualnya pada abad ke 17. Kajian keislaman di masa – masa ini diwarnai oleh proses tranformasi nilai keagamaan secara besar – besaran yang dilakukan oleh para pemimpin sufi dan ulama terutama lembaga – lembaga pendidikan tradisional seperti pesantren.

BAB VII
ISLAM DAN WANCANA BUDAYA KEAGAMAAN


A.    Islam Dan Wacana Social Budaya
Ada pertanyaan yang sangat mendasar sebelum kita jelaskan apa kaitan islam dengan budaya.adalah dua bidang yang dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan. Agama bernilai mutlak, tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat. Sedangkan budaya, sekalipun berdasarkan agama, dapat berubah dari waktu ke waktu dan tempat ke tempat.

B.     Islam Dan Wacana Pembaharuan
Interaksi manusia dengan sesame, lingkungan, maupun dengan kekuatan – kekuatan di luar dirinya selalu melahirkan perubahan – perubahan di dalam kehidupannya. Dinamika kehidupan manusia dapat dipastikan identik dengan lahirnya perubahan yaitu :
1.   Landasan teologis pembaharuan islam
2.   Watak dasar universal islam
3.   Watak dasar terbuka islam
4.   Makna pembaharuan islam dan karakteristiknya

C.    Islam Dan Wacana Otentisitas
Islam ibarat bola salju ( snow ball ). Semakin lama dan semakin jauh islam “ menggelinding” semakin banyak wajah yang akan muncul sebagai gambarnya. Keragaman itu timbul karena persoalan ruang dan waktu. Perbedaan ruang dan waktu itu akan melahirkan perbedaan tantangan yang akan dihadapi oleh masyarakat. Karena tantangan berbeda, islam sebagai sebuah agama, yang nota beneturunnya untuk memecahkan persoalan masyarakat, akan dipahami oleh masyarakat bersangkutan sesuai dengan setting yang mereka hadapi. Maka muncullah wajah yang beragam, baik secara sinkoronis ( antara masyarakat ditempat yang satu dengan masyarakat di tempat lain pada waktu yang bersamaan ) maupun secara diakronis ( antara generasi satu dengan lain, sebelum atau sesudahnya ), atau bisa jadi antara setting wilayah geografis satu dengan wilayah lainnya. Islam yang ada di Indonesia bisa jadi berbeda dengan di timur tengah. Hal ini dikerenakan perbedaan pemahaman masyarakatnya akibat setting ruang yang tidak sama. Begitu pula islam yang dipahami generasi abad pertengahan maupun abad modern ini.





























 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar