Senin, 20 Februari 2012

PUISI TENTANG DIRIKU

KANGEN YANG TA KESAMPAIAN

ku buka mata hati..
Kau dekat disini..
Walau jauh dari raga ini..
Namun ku menanti hingga akhir..
Kerinduan begitu pekat dalam hati..
Tak sanggup untukku menahan sedih..
Saat kau tak ada disisi..
Dan ku hanya menanti..
kau di hatiku..
Adalah senandung kalbu..
Yang tetap terdengar..
Dalam pekatnya rindu..
Hanya penantian ..
Menanti kau pulang..
Kembali disini..
Untukku yang kau cinta..
Waktu terus bergulir..
Silih berganti..
Tapi aku hanya bisa menunggu dan menanti..
Kau datang padaku kasih..


RINDU TERDALAM

kutemukan cinta..
diantara banyaknya bintang..
Yang ada di angkasa cinta..
namun dia jauh disana..
cinta kita menjadi satu..
Namun engkau jauh..
Dari pandanganku..
Ku hanya terdiam termenung..
kurasakan nafasmu..
Kurasakan getar jantungmu..
Kurasakan manjamu..
Menjadi sebuah rindu bagiku..
Saat aku duduk..
memandang bintang di angkasa..
Entah kenapa air mata..
Jatuh membasahi wajah..
Rindu yang menyesakan dada..
Terlalu dalam di jiwa..
aku tak tahu mengapa..
Bisa terlalu cinta..
Kasih kau begitu jauh dimata..
tapi kau bagaikan nyawa..
Dalam hati terdalam..
Dan tak tergantikan..
By : rafi


CINTA ABADI

setetes cinta ini..
Ingin ku beri padamu..
Kesetiaan Suci penuh kasih..
Kan kupertahankan Untukmu..
Tak kan ingkar dalam Hati..
Untuk setia berbagi..
Demi cinta suci..
Kaulah cinta sejati..
Walaupun di dunia tak ada keabadian..
tak membuat ku gentar..
Untuk tatap mencinta..
Hingga Akhir ayat..
dunia bisa hancur..
daun bisa gugur..
Tapi satu hal yang abadi untuku..
Cintaku padamu..
By : rafi billah

UNTUK KASIH TERCINTA YANG PERGI ENTAH KEMANA


Watch Movie Free

Kekasih…
Laksana cermin dalam resonansi jiwa
Yang menggetarkan palung hati hingga keraga
Dan menghantarkan kehangatan bara
dari bekunya hati sang kelana
kekasih…
kesetiaan agung pada dera kerinduan
laksana pantai menanti ombak dalam pelukan
yang teredam pada dalamnya kebisuan
kekasih…
seperti bunga yang menjaga tingginya kuncup
pucuk-pucuk kasihmu tak juga meredup
mencumbui lautan sukma yang kuyup
dalam serenade desiran angin sayup
kekasih…
karang-karang kesabaran yang tumbuh di lubuk kalbu
meleburkan kebimbangan sang peragu
saat luka kuburkan semburat hasrat perindu
dari kelam kelabu cerita lalu
kekasih…
butiran hujan yang jatuh selayak mutiara
terbungkus rapi dalam kado asa
untuk kau buka jika saatnya tiba
andai mampu kusibak jendela masa
kekasih…
sanjung puji dalam serambi janji
terucap lugas pada paras sejati
demi ikrar atas cinta suci
rekatkan dua hati yang terpatri
 By : rafi billah

PANTUN CINTA
Tingkap papan kayu bersegi,
Sampan sakat di Pulau Angsa;
Indah tampan kerana budi,
Tinggi bangsa kerana bahasa.
===========================
Buah berangan masaknya merah,
Kelekati dalam perahu;
Luka di tangan nampak berdarah,
Luka di hati siapa yang tahu.
=============================
Dari mana punai melayang,
Dari paya turun ke padi;
Dari mana datangnya sayang,
Dari mata turun ke hati.
============================
Pucuk pauh delima batu,
Anak sembilang di tapak tangan;
Tuan jauh di negeri satu,
Hilang di mata di hati jangan.
==================================
Kalau tuan jalan ke hulu,
Carikan saya bunga kemboja;
Kalau tuan mati dahulu,
Nantikan saya di pintu syurga.
=========================
Halia ini tanam-tanaman,
Ke barat juga akan condongnya;
Dunia ini pinjam-pinjaman,
Akhirat juga akan sungguhnya.
==========================
Malam ini merendang jagung,
Malam esok merendang serai;
Malam ini kita berkampung,
Malam esok kita bercerai.
========================
jalan-jalan ke kota paris
banyak rumah berbaris-baris
biar mati diujung keris
asal dapat dinda yang manis…
ke cimanggis membeli kopiah
kopiah indah kan kau dapati
begitu banyak gadis yang singgah
hanya dinda yang memikat hati
jika aku seorang pemburu
anak rusa kan kudapati
jika dinda merasa cemburu
tanda cinta masih sejati
darimana datangnya sawah
dari sawah turun ke kali
darimana datangnya cinta
dari mata turun ke hati
============================
Bau-bau jembatan tujuh,,
tempat memungut sebuah lolah,,
kalau adinda udah setujuh,,
tunggulah saya tamat sekolah,,
Pisang nangka buat kolak
Jambu biji diblendrin
Kalo nona tetep galak,
Lebaran depan ga dimaapin
menaiki kereta merknya honda
pergi selayang kerumah hanapi
bila cinta mekar di dada
siang terkenang malam termimpi
anak unta siapa yg punya
menangis iba kehilangan ibu
bila cinta sudah menyapa
rindu mulai membara dikalbu
mulanya duka kini menjadi lara
teman tiada hanyalah sendu
bila rindu mulai membara
itulah tanda cinta berpadu
hati berdetik dalam cahaya,
seperti belati menikam dada
Cinta abadi kekal selamanya
Musim berganti tapi wajah takkan lupa
cinta datang tak berwaktu
perasaan senang,sedih dan pilu tak menentu
semua hadir tanpa permisi
untuk mencoba mengisi hati
hati-hati minum digelas
kalau terlepas pecahlah nanti
cinta hati selalunya ikhlas
cinta buta yang makan hati
cinta tak memandang bulu
cinta juga tak mengenal waktu
rasakan cinta dihatimu
betapa indah mengikis kalbu
bila terluka berkata begitu
hingga terlupa cinta yang suci
cinta manusia memanglah begitu
cinta padaNYA cinta yang sejati
terluka hati karna kata udah biasa
namun terluka karna usia sungguh asa
bila kata dianggap tak bermakna
tapi usia adalah segalanya
Untuk menjadi seorang perwira
Harus bertapa di dalam gua
Kalau cinta kukuh di jiwa
Biar melayang kembali jua
papua tanah impian jiwa
kubermimpi melayang terbang kesana
teman sehati selalu bersua
karena tak bisa terpisahkan begitu saja
panah cinta tlah menancap…
kedua hati pun menyatu…
asmara semakin mendekap…
cinta takkan berlalu…
anak ayam turun ke kali
bermain air riang gembira
betapa senangnya bisa ngejunk lagi
memburu kata mengejar tawa
minum arak pahit rasanya…
tidak cocok untuk anak kuliah…
apalah daya sudah usaha…
belum apa-apa sudah binasah…
sunggulah indah si burung pipit
terbang yang tenang si burung dara
bila ku tahu bercinta sakit
takkan ku mulai dari semula
orang palembang menanam padi
negeri malaka negeri seberang
putus cinta jangan bersedih
dunia ini masih panjang

MAKALAH TENTANG ONTOLOGI



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
  Mengetahui apa sesungguhnya ilmu, tidaklah melalui ilmu itu sendiri, tetapi melalui filsafat ilmu. Melalui filsafat ilmulah segala penjelasan mengenai ilmu diperoleh. Karena itu, filsafat ilmu demikian penting untuk didalami oleh setiap ilmuan agar ia mengenal hakikat sesuatu yang dimilikinya, yaitu ilmu.

         Dalam makalah ini akan memaparkan tentang salah satu cabang dalam filsafat, yakni ontologys; cabang ini menguak tentang objek apa yang di telaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan?. Dan yang paling utama ontology sesungguhnya membahas tentang bagaimana sesungguhnya eksistensi Tuhan.
  Objek telaah ontology adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat pada umumnya dilakukan oleh filsafat metaphisika. Istilah ontology banyak digunakan ketika kita membahas yang ada dalam konteks filsafat ilmu. Persoalan tentang ‘ada’ (being) menghasilkan cabang filsafat metafisika. Meta berarti di balik physika berarti benda-benda fisik. Pengertian sederhana dari metafisika yaitu kajian tentang sifat paling dalam dan radikal dari kenyataan. Dalam kajian ini para filosof tidak mengacu pada ciri-ciri khusus dari benda-benda tertentu, akan tetapi mengacu pada ciri-ciri universal dari semua benda. Metafisika sebagai salah satu cabang filsafat mencakup persoalan ontologys, kosmologis dan antropologis. Ketiga hal itu memiliki titik sentral kajian tersendiri.Untuk bisa mengerti lebih baik tentang makna ontology agar tidak terjebak hanya pada satu pola filsafat saja maka dalam makalah ini akan kita bandingkan konsep filsafat islam yang dibangun berdasarkan pemahaman terhadap ajaran Islam atau berdasarkan pemahaman terhadap Al-Qur’an dengan filsafat Barat yang bangunan konseptualnya tidak dilandasi pada konsep keimanan atau dengan kata lain “terpenggal leher-leher kerohaniannya”


B. Rumusan Masalah

       Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka masalah pokoknya adalah Bagaimana sesungguhnya ontol itu dilihat dari sudut pandang Filsafat Barat dan Filsafat Ilmu Islami?. Untuk m pembahasannya maka akan dibahas sub masalah sebagai berikut:


BAB II
PEMBAHASAN


1. Pengertian Ontology

          Istilah ontology baru muncul pada pertengahan abad 17, yang pada waktu itu juga muncul istilah philosophia entis atau filsafat mengenai yang ada. Tapi sebagai pencarian jawaban menganai hakikat asal alam semesta, telah dipercakapkan sebelumnya oleh para filosof awal Yunani. Paling tidak, Thales, Anaximander dan Anaximenes yang berasal dari Miletus tercatat sebagai filosof yang berbicara mengenai hakikat segala sesuatu melalui usahanya untuk menjawab sumber segala sesuatu. Pembicaraan itu kemudian berlanjut hingga para fiosof Athena sampai kepada Aristoteles. Sebagian filosof sesudahnya menempatkan pembahasan masalah ontology sebagai pembahasan metafisika.

        Ontology, sebagai sebuah istilah berasal dari bahasa Yunani, yaitu on (ada) dan ontos (berada), yang kemudian disenyawakan dengan kata logos (ilmu atau study tentang). Dalam bahasa Inggris ia diserap menjadi ontology dengan pengertian sebagai study atau ilmu mengenai yang ada atau berada.

Dalam kamus Filsafat Lorens Bagus terdapat beberapa Pengertian ontology antara lain:
1. Study tentang ciri-ciri esensial dari Yang Ada dalam dirinya sendiri yang berbeda dari satu study tentang hal-hal yang ada secara khusus. Dalam mempelajari Yang Ada dalam bentuknya yang sangat abstrak studi tersebut melontarkan pertanyaan seperti: “Apa itu Ada-dalam dirinya sendiri? “Apa hakikat Ada sebagai Ada?
2. Cabang filsafat yang menggeluti tata cara dan struktur realitas dalam arti seluas mungkin, yang menggunakan kategori-kategori seperti: ada/menjadi, aktualitas/noneksistensi, esensi, keniscayaan, yang-ada sebagai yang-ada, ketergantungan pada diri sendiri, hal mencukupi diri sendiri, hal-hal terlahir, dasar.






3. Cabang filsafat yang mencoba:
a. Melukiskan hakikat Ada yang terakhir (Yang Satu, Yang Absolut, Bentuk Abadi Sempurna).
b. Menunjukkan bahwa segala hal tergantung padanya bagi eksistensinya.
c. Menghubungkan pikiran dan tindakan manusia yang bersifat individual dan hidup dalam sejarah dengan realitas tertentu.

Objek kajian ilmu itu sendiri sesungguhnya dapat dibagi menjadi:
Objek materil: pembicaraan mengenai apa yang menjadi objek penyelidikan sehingga melahirkan ilmu mengenai objek tersebut.
Objek Formal: pembicaraan mengenai bagaimana pendekatan yang digunakan terhadap suatu objek ilmu.
Jadi ontology (dalam filsafat ilmu) adalah cara pandang mengenai objek materi suatu ilmu, pembicaraan mengenai hakikat objek materi ilmu. Atau dengan kata lain penjelasan tentang keberadaan atau eksistensi yang mempermasalahkan akar-akar (akar yang paling mendasar tentang apa yang disebut dengan ilmu pengetahuan itu).
Sebagai bahan perbandingan mengenai konsep ontology ilmu yang islami, mari kita lihat QS. Ali Imran ayat 190-191 sebagai berikut:

Terjemahnya:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.

Dari ayat tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa Konsep Ontology Ilmu yang Islami memandang realitas dari sudut pandang ke-Khalik-makhluk-an. Artinya, melihat realitas dari pemahaman adanya Allah sebagai Khalik (pencipta) dan segala sesuatu selainNya sebagai makhluk, segala atribut yang bisa secara benar dilekatkan pada makhluk adalah perwujudan niscaya karena kemakhlukannya.
Olehnya itu, dapat ditarik kesimpulan tentang makna sesungguhnya ontology ketika kita coba menarik makna dari sudut pandang Islami sebagai mata rantai yang nyaris terlupakan dengan memberikan pengertian dasar Logos yang berarti Tuhan, jadi Ontologi disini mengandung pengertian tentang hakikat keberadaan Tuhan.

2. Beberapa Pandangan Ontology (Filsafat Barat)

Dalam relevansinya dengan pembicaraannya filsafat pengetahuan, khususnya melalui filsafat Barat, sebenarnya pembahasan masalah ontology berpusat pada keinginan untuk menjawab pertanyaan apa sesungguhnya yang dimaksud sebagai kenyataan (reality)?. Dalam filsafat, pertanyaan tersebut merupakan masalah yang ditemukan beragam jawaban filsafatinya sesuai dengan keragaman “corak” sistem kefilsafatan yang mendasarinya. Untuk itu, dengan membatasi diri pada corak kefilsafatan Barat, dari mana filsafat Barat melandaskan diri untuk menemukan bentuknya dewasa ini, akan dikemukakan secara singkat pandangan-pandangannya mengenai realitas.
1. Naturalisme
Naturalisme adalah sebuah aliran filsafat yang secara harfiah mengandung arti sebagai faham serba alam. Secara sederhana, menurut naturalisme, kenyataan pada hakikatnya bersifat kealaman, yang kategori pokoknya adalah kejadian-kejadian dalam ruang dan waktu. Apapun yang nyata pasti termasuk dalam kategori alam. Sesuatu yang dapat dikategorikan demikian itu, dapat “dijumpai” dan dapat dipelajari oleh manusia, dengan cara-cara sebagaimana dikenal dewasa ini dengan metode ilmiah.
Dengan demikian pandangan ontologys naturalisme mengenai kenyataan ialah apa saja yang bersifat alam, yakni segala yang berada dalam ruang dan waktu. Akibat dari pandangan ini adalah: (1) segala sesuatu yang dianggap ada, namun di luar ruang dan waktu, tidak mungkin merupakan kenyataan, (2) segala sesuatu yang tidak mungkin dipahami melalui metode-metode yang digunakan dalam ilmu-ilmu kealaman, tidak mungkin merupakan kenyataan.
2. Materialisme
Hakikat kenyataan adalah materi. Demikian doktrin pandangan filsafat materialisme. Doktrin tersebut didasarkan pada argument filosofis bahwa segala sesuatu yang hendak dikatakan nyata (1) pada hakekatnya berawal dari materi, atau (2) terjadi karena gejala-gejala yang bersangkutan dengan materi. Karena itu, materialisme menyatakan bahwa tidak ada entitas nonmaterial dan kenyataan supranatural. Pikiran dan aksi mental lain yang oleh kebanyakan orang dianggap tidak bersubstansi material, pada dasarnya adalah perwujudan dari gejala-gejala yang bersangkut paut dengan materi.
Materialisme menolak hal – hal yang tidak kelihatan. Baginya, yang ada sesungguhnya adalah keberadaan yang semata-mata bersifat material atau sama sekali tergantung pada material. Jadi realitas yang sesungguhnya adalah lambang kebendaan dan segala sesuatu yang mengatasi alam kebendaan. Oleh sebab itu seluruh realitas hanya mungkin dijelaskan secara materialistic.


3. Idealisme

           Bertolak belakang dengan materialisme dan naturalisme, idealisme merupakan satu corak kefilsafatan yang berpandangan bahwa hakikat terdalam dari kenyataan tidaklah bersifat materi, melainkan bersifat rohani dan spiritual (kejiwaan). Karena itu istilah idealisme terkadang dikenal juga dengan istilah immaterialisme atau mentalisme.
George Barkeley yang dianggap sebagai bapak idealisme modern memadatkan inti idealisme dalam ungkapannya “Esse est Percipi” (untuk ada, berarti mengetahui atau diketahui). Sesuatu tidak mungkin dinyatakan ada selama sesuatu itu tidak mengetahui atau tidak diketahui. Sesuatu yang mengetahui adalah jiwa, dan sesuatu yang diketahui adalah konsepsi-konsepsi dan gagasan-gagasan yang berada dalam wilayah persepsi dan pengetahuan inderawi. Dengan demikian kita harus percaya adanya jiwa dan gagasan-gagasan itu. Segala sesuatu yang berada di luar lingkup pengetahuan, yaitu segala sesuatu yang objektif, tidak ada karena tidak diketahui.

4. Hilomorfisme

          Hilomorfisme merupakan istilah yang dalam bahasa yunani merupakan bentukan dari dua kata yaitu hyle (materi) dan morphe (bentuk, rupa). Hilomorfisme meletakkan pandangannya dengan doktrin bahwa tidak satupun hal yang bersifat fisis yang bukan merupakan kesatuan dari esensi dan eksistensi. Artinya ia selalu memiliki sifat fisis dan hakikat tertentu. Eksistensi dapat dipersepsi secara inderawi dan esensi dapat dipahami secara akali. Misalnya sebuah kursi (sebagai suatu yang bereksistensi). Kursi itu adalah sesuatu yang ada. Berada dalam kenyataan, dan menapak dalam ruang dan waktu. Karena itu ia bereksistensi dan potensial dipersepsi secara inderawi. Apa seesungguhnya hakikatnya sebagai sesuatu yang bereksistensi?. Tidak lain adalah kursi. Ke’kursi’an adalah esensi dari kursi itu dan merupakan keapaan (whatness) kursi yang dapat dipahami secara akali. Dalam hal ini, upaya memahami keberadaan (isness) kursi yang bereksistensi tida dapat dipahami tanpa adanya dirinya dengan keapaan (whatness) sebagai kursi.







5. Positivisme

        Positivisme adalah aliran filsafat yang secara radikal beranjak dan ketidak percayaan terhadap pandangan-pandangan dan pembicaraan-pembicaraan metafisis yang dilakukan oleh aliran filsafat sebelumnya. karena itu, para penganutnya menyatakan bahwa positivisme adalah suatu filsafat non metafisik.

        Dalam pandangan positivisme, pertanyaan-pertanyaan metafisis sama sekali tidak mengandung makna, tidak dapat dipertanggungjawabkan dan tidak ada gunanya. Pada dasarnya, satu-satunya tolak ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui kenyataan adalah apa yang disebut sebagai keadaan yang dapat diverifikasi (criterion of veribality). Misalnya, pernyataan metafisis yang mengatakan bahwa “ada substansi terdalam dari segenap hal yang nampak”, jelas adalah pernyataan yang tidak ada gunanya karena tidak bermakna, karena tak satupun pengamatan inderawi yang bisa dilakukan untuk mengambil keputusan terhadap kebenaran pernyataan tersebut, dan karenanya ia tak bisa dipertanggungjawabkan.

Implikasi Pandangan Ontologys Pada Filsafat Barat.
Betapapun di atas telah ditunjukkan bahwa terdapat beberapa pandangan filsafati yang secara berbeda berbicara mengenai hakikat kenyataan, namun dalam filsafat Barat secara bersama ia menunjukkan cara pandang mengenai obyek materi ilmu dengan karakteristik :
i. Memandang obyek materi ilmu tidak dalam kerangka pandangan adanya pencipta yang memandang segala sesuatu selain pencipta adalah ciptaan.
ii. Memandang sesuatu sebagai suatu obyek materi ilmu sejauh ia berada dalam jangkauan indra dan/atau rasio manusia untuk bisa memahaminya, dan pemahaman atasnya merupakan fungsi dari indra dan/atau rasio itu.
iii. Memandang keberadaan obyek materi ilmu hanya dalam rangka ruang dan waktu dunia belaka.
iv. Memandang obyek materi ilmu diatur oleh hukum-hukum keberadaan, namun tidak mempersoalkan asal hukum-hukum keberadaan itu.






3. Objek Materi Ilmu Pengetahuan Menurut Filsafat Barat

Dengan karakteristik pandangan ontologys sebagaimana dikemukakan di atas, filsafat Barat akhirnya memandang bahwa pengetahuan ilmiah (scientific knowledge atau science atau ilmu) adalah pengetahuan mengenai obyek-obyek materi yang dapat dijangkau oleh indra lahiriah dan/atau pemahaman rasional manusia dianggap di luar wilayah obyek materi ilmu. Bahkan secara sempit, diantara filsuf science dan scientist ada yang hanya mengakui keberadaan obyek-obyek inderawi sebagai obyek materi ilmu, dengan implikasi bahwa yang disebut pengetahuan ilmiah (science) hanyalah pengetahuan mengenai obyek-obyek tersebut yang telah diperoleh melalui metode ilmiah ilmu-ilmu kealaman. Padangan demikian itu, terutama ditunjukkan oleh penganut empirisme, positivisme, naturalisme materialisme.
Dalam menegaskan wilayah obyek materi ilmu Jujun S. Suriasumantri (1990) menyatakan bahwa yang menjadi karakteristik obyek ontologys ilmu, yang membedakannya sebagai pengetahuan ilmiah dengan pengetahuan lain, ialah bahwa ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan berhenti di batas pengamalan manusia. Untuk lebih menjelaskan apa yang dimaksud dengan pernyataan tersebut, Suriasumantri mengajukan sebuah pernyataan “apakah ilmu mempelajari hal ihwal surga dan neraka?” yang kemudian dijawabnya sendiri, “tidak; sebab kejadian itu berada di luar jangkauan pengalaman kita”.

4. Pandangan Ontology Berdasarkan Al-Qur’an

Sebelum kita mengemukakan sejumlah pandangan ontology berdasarkan al-quran, terlebih dahulu dikemukakan beberapa ayat al-quran sebagai landasannya sebagai berikut:
Terjemahnya:
Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan yang Bathin; dan dia Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Hadid (57): 3).

Allah menciptakan segala sesuatu dan dia memelihara segala sesuatu. (QS. Az Zumar (39): 62).


Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS. At-Thalaq (65): 12).

Dengan tidak melepaskan diri dari landasan Al-Qur’an di atas dapat dikatakan bahwa sejauh kita akan berbicara mengenai hakekat realitas sebagai realitas ciptaan Allah, maka pertama-tama, ia harus berangkat dari doktrin keniscayaan adanya pencipta sebagai sebab keterciptaannya. Sudah barang tentu, pencipta bukanlah ciptaan itu sendiri, sebab        hal tersebut adalah mustahil. Selain itu, juga barang tentu pencipta adalah sesuatu yang transenden (mengatasi) ciptaan, sebab adalah mustahil sesuatu yang lebih sederhana akan menyebabkan keterciptaan sesuatu yang mengatasi (transenden terhadap) dirinya sendiri.
Sebenarnya, jika kita berpijak pada Al-Qur’an dalam membangun pikiran ontologism, maka segala sesuatu selain Al-Khaliq (Pencipta) adalah Makhluq (ciptaan). Hal ini dikenal dengan satu doktrin primum principium yang diistilahkan dengan doktrin “ke-Khaliqmakhluqan”. Dari sinilah landasan pemikiran ontologys kita yang Islami/Qurani dibangun. Dalam hal ini, Realitas itu sesungguhnya berlapis-lapis. Lapisan pertama adalah Tuhan dan ciptaann-Nya adalah manifestasi dari realitas-realitas yang lain.
Jika bertitik tolak dari doktrin tersebut, dengan tujuan membicarakan hakikat realitas dalam arti sehakiki-hakikinya, maka yang sungguh-sungguh ada, sebenarnya adalah dan hanyalah Al-Khaliq (Yang Maha Pencipta) semata. Dengan kata lain, Al-Khaliq ialah Yang Ada Mutlak, sedangkan makhluq (ciptaan) adalah hanya mungkin ada karena ia di’ada’kan oleh Al-Khaliq. Secara singkat, makhluq sebagai “yang ada”, adalah “yang mungkin ada” karena ia di”ada”kan oleh Allah sebagai penciptanya. Yang mutlak “ada” adalah Al-Khaliq (Pencipta), sedangkan makhluq (ciptaan) hanyalah “yang mungkin ada” (wujud mumkin).

           Atas dasar itulah, lebih lanjut dikemukakan bahwa dalam pembicaraan mengenai realitas (alam) Allah memberi petunjuk eksplisit bahwa ada realitas syahadah (realitas yang dapat dipahami karena adanya ciptan-Nya yang maujud secara syahadah (bendawi) tunduk dan berpijak pada hukum-hukum alam bendawi dan potensial dipersepsi secara inderawi) dan ada realitas gaib (realitas yang juga dapat dipahami, tetapi bukan karena adanya sebagai wujud secara bendawi atau dapat dipersepsi dengan indra lahiri). Karena itu, bertitik tolak dari petunjuk ini, maka dimensi-dimensi yang digunakan sebagai ukuran untuk memahami hakikat realitas tidak bisa secara ekstrim menggunakan satu untuk seluruh entitas pembentuk realitas.





5. Objek Materi Ilmu Menurut Pandangan Ontologys Qur’ani

Dapat dipahami, bahwa memang bisa timbul kebingungan bagi sementara kalangan terhadap pandangan ontologys qurani yang telah dikemukakan, khususnya bagi mereka yang berpijak pada cara pandang ontologysm filsafat Barat dewasa ini.
Betapa mungkin alam gaib juga dinyatakan sebagai obyek materi ilmu sementara secara epistemologis, atau lebih khusus lagi secara metodologis tidak dimungkinkan adanya suatu alat verifikasi yang dapat digunakan secara bersama oleh semua orang. Misalnya, bagaimana menggunakan verifikasi untuk menguji kebenaran pernyataan mengenai hal-hal yang bersifat gaib.
Sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi sebab dalam rangka verifikasi, dunia ilmu sekuler sendiri telah mengakui salah satu acuan verifikasi adalah pernyataan-pernyataan otoritas. Verifikasi terhadap pernyataan-pernyataan yang berkenaan dengan obyek alam gaib, dapat dilakukan mengenai verifikasi rasional terhadap pernyataan-pernyataan doctrinal yang berkenaan dengannya, yang bersumber dari Allah sebagai sumber ilmu sendiri. Jawaban tersebut memang masih dapat menimbulkan pertanyaan selanjutnya, yaitu bagaimana mungkin itu dilakukan oleh mereka yang tidak mengakui adanya Allah? Jawabnya adalah, dengan melihat pada substansi pernyataan itu sendiri. Apakah ia memenuhi syarat untuk menjadi acuan? Apakah ia dapat memberi penjelasan secara konsisten dan dapat diterima secara rasional?
Demikianlah sesungguhnya pandangan ontologys qurani sebagaimana dikemukakan diatas, dapat dibuktikan meniscayakan lahirnya sebuah proses ilmiah yang konsisten melahirkan sebuah pengetahuan ilmiah yang dapat diverifikasi.
Pandangan ontologys tersebut melahirkan pandangan mengenai obyek materi ilmu dengan pernyataan singkat sebagai berikut:
1. Obyek ilmu adalah alam syahadah maupun alam gaib
2. Membangun pengetahuan ilmiah mengenai alam tersebut dilakukan dengan acuan petunjuk Allah Swt sebagai penciptanya.
Selanjutnya, yang mesti menjadi perhatian adalah bahwa pandangan Islam tentang realitas sebagai objek kajian ilmu ternyata tidak hanya terpaku pada dunia empiric atau fiscal tetapi juga mencakup dunia ruh. Diri manusia sendiri adalah miniatur semesta yang tidak hanya terdiri atas jasad tetapi juga hati, perasaan, jiwa dan ruh yang merupakan “bagian” dari Tuhan. Karena itu, metodologi pemikiran Islam tidak bisa hanya mengandalkan kekuatan dan kegeniusan rasio tetapi harus dengan kesucian hati.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1. Filsafat Barat memandang ontology (objek materi ilmu) tidaklah berkisar pada kerangka pencipta dan ciptaan, lebih kepada jangkauan inderawi dalam kerangka ruang dan waktu (dunia belaka) yang diatur oleh hukum-hukum keberadaan sehingga surga, neraka, malaikat, Tuhan dan nilai-nilai moral tidak dimasukkan dalam pengetahuan ilmiah. Sedangkan Ontology berdasarkan Al-Qur’an memandang segala sesuatu selain Al-Khaliq (Pencipta) adalah Makhluq (ciptaan) dimana ciptaan Allah tunduk pada hukum-hukum keberadaan (Sunnatullah). Lebih lanjut, objek ilmu adalh alam syahadah maupun alam gaib dan untuk membangun pengetahuan ilmiah mengenai alam tersebut dilakukan dengan acuan petunjuk Allah Swt, sebagai Penciptanya.
2. Kenyataan bahwa ada alam bendawi sebagai perwujudan dari alam syahadah (Filsafat Barat) dan ada alam non bendawi sebagai perwujudan alam gaib, tidak bisa dipungkiri sebagai suatu realitas. Demikian halnya terhadap keduanya ada alam ruh yang merupakan representasi dalam pikiran terhadap kedua alam tersebut juga tidak bisa dipungkiri. Dengan demikian, maka representasi realitas sebenarnya memiliki representasi pada tingkat bendawi, tingkat ide dan tingkat pikiran. Yang mengatasi keseluruhan tingkatan tersebut adalah alam Ilahi (Filsafat Ilmu Islam).

MAKALAH TENTANG LANDASAN ILMU PADA ZAMAN YUNANI

MAKALAH TENTANG LANDASAN ILMU PADA ZAMAN YUNANI


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
  Mengetahui apa sesungguhnya ilmu, tidaklah melalui ilmu itu sendiri, tetapi melalui filsafat ilmu. Melalui filsafat ilmulah segala penjelasan mengenai ilmu diperoleh. Karena itu, filsafat ilmu demikian penting untuk didalami oleh setiap ilmuan agar ia mengenal hakikat sesuatu yang dimilikinya, yaitu ilmu.

         Dalam makalah ini akan memaparkan tentang salah satu cabang dalam filsafat, yakni ; cabang ini menguak tentang objek apa yang di telaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan?. Dan yang paling utama ontology sesungguhnya membahas tentang bagaimana sesungguhnya eksistensi Tuhan.
  Objek telaah ontology adalah yang ada. Studi tentang yang ada, pada dataran studi filsafat pada umumnya dilakukan oleh filsafat metaphisika. Istilah ontology banyak digunakan ketika kita membahas yang ada dalam konteks filsafat ilmu. Persoalan tentang ‘ada’ (being) menghasilkan cabang filsafat metafisika. Meta berarti di balik physika berarti benda-benda fisik. Pengertian sederhana dari metafisika yaitu kajian tentang sifat paling dalam dan radikal dari kenyataan. Dalam kajian ini para filosof tidak mengacu pada ciri-ciri khusus dari benda-benda tertentu, akan tetapi mengacu pada ciri-ciri universal dari semua benda. Metafisika sebagai salah satu cabang filsafat mencakup persoalan ontologys, kosmologis dan antropologis. Ketiga hal itu memiliki titik sentral kajian tersendiri.Untuk bisa mengerti lebih baik tentang makna ontology agar tidak terjebak hanya pada satu pola filsafat saja maka dalam makalah ini akan kita bandingkan konsep filsafat islam yang dibangun berdasarkan pemahaman terhadap ajaran Islam atau berdasarkan pemahaman terhadap Al-Qur’an dengan filsafat Barat yang bangunan konseptualnya tidak dilandasi pada konsep keimanan atau dengan kata lain “terpenggal leher-leher kerohaniannya”
.

B. Rumusan Masalah

       Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka masalah pokoknya adalah Bagaimana sesungguhnya ontol itu dilihat dari sudut pandang Filsafat Barat dan Filsafat Ilmu Islami?. Untuk m pembahasannya maka akan dibahas sub masalah sebagai berikut:

BAB II
LANDASAN ILMU PADA ZAMAN YUNANI


1. Periode filsafat Yunani
 merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia karena pada waktu ini terjadi perubahan pola pikir manusia dari mitosentris menjadi logosentris. Pola pikir mitosentris adalah pola pikir masyarakat yang sangat menganadalkan untuk menjelaskan fenomena alam seperti gempa bumi dan pelangi.Untuk menulusuri filsafat yunani, perlu dijelaskan terlebih dahulu asal kata filsafat.

Sekitar abad IX SM atau paling tidak tahun 700 SM, di Yunani, Sophia diberi arti kebijaksanaan; Sophia juga berarti kecakapan.
 Kata philosophos mula-mula dikemukakan dan dipergunakan oleh heraklitos (540-480 SM). Ahli filsafat harus mempunyai pengetahuan luas sebagai pengejawantahan dari pada kecintaanya akan kebenaran dan mulai benar-benar jelas digunakan pada masa kaum sofis dan Socrates yang memberi arti philosophein sebagai penguasaan secara sistematis terhadap pengetahuan teoritis. Philosopia adalah hasil dari perbuatan yang disebut philosophein itu, sedangkan philosopis adalah orang yang melakukan philosophein.
 Dari kata philosophia itulah nantinya timbul kata-kata philosophia, philosophy. Dalam bahasa Indonesia disebut filsafat atau falsafat.

2. Filsafat alam pertama yang mengkaji tentang asal usul alam adalah
Thales (624-546 SM). Ia digelar sebagai bapak filsafat karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat dan mempertanyakan. “apa sebenarnya asal usul alam semesta ini ?” pertanyaan ini sangat mendasar terlepas apapun jawabannya. Ia mengatakan asal alam adalah air karena air unsure pentiang setiap mahluk hidup, air dapat berubah benda gas, seperti uap dan benda padat, seperti es, dan bumi ini berada diatas air.

Setelah theles, muncul anaximanros 650-540 SM anaximanros muncu menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal, tidak terbatas dan meliputi segalanya. Unsure utama alam harus mencakup ssegalanya dan diatas segalanya, dan dinamakan apeiron.
Ia adalah air,maka air harus meliputi segalanya termasuk api yang merupakan lawanya berbeda dengan thels dan anaximanros, heraklitos 540-480 SM melihat alam semesta ini dalam keadaan berubah; sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin, itu berarti bahwa bila kita hendak memahami kehidupan kosmos, kita harus menyadari bahwa kosmos itu dinamis. Karena itu dia berkesimpulan, tidak ada satupun yang benra-benra ada,semuanya menjadi. Ungkapam yang terkenal dari Haraklitos dalam menggambarkan perubahan ini adalah fanta rhei uden menei (semua mengalir dan yang tidak ada satupun yang tinggal).


Menurut Parmenides (515-440 SM), yang lebih muda umurnya daripada Haraklitos. Menurut Parmenides, gerak dan perubahan tidak mungkin terjadi. Menurutnya realitas merupakan keseluruhan yang tersatu, tidak bergerak dan tidak berubah. Dia menegaskan bahwa yang ada itu ada. Inilah kebenaran.

Benar tidaknya suatu pendapat diukur dengan logika. Bentuk ekstime pernyataan itu adalah bahwa ukuran kebenaran adalah akal manusia. Dari pandangan ini dia menyatakan bahwa alam tidak bergerak, tapi diam karenba alam itu ssatu, yaitu ada dan yang ada itu satu. Gerak alam yang terlihat, menurut Permanides adalah semu, sejatinya alam itu diam.
Akibat dari pandangan ini muncul prinsif panteisme dalam memandang realitas.
Phytagoras (580-500 SM) mengembalikan segala sesuatu pada bilangan. Baginya tidak ada satupun yang dialamm ini yang terlepas dari bilangan. Semua realitas dapat diukur dengan bilangan (kuantitas). Karena itu, dia berpendapat bahwa bilangan adalah unsure utama dari alam dan sekaligus menjadi ukuran, kesimpulan ini ditarik dari kenyataan bahwa realitas alam adalah harmoni antara bilangan dan gabungan antara dua hal yang berlawanan seperti nada musyik dapat dinikmati karena oktaf adalah hasil dari gabungan bilangan satu (bilangan ganjil) dan dua (bilangan genap).
















BAB III
PERKEMBANGAN ILMU PADA ZAMAN ISLAM


Kalau dilacak akar sejarahnya, Panadangan islam tentamg pentingnya ilmu tumbuh bersamaan dengan munculnya islam itu sendiri. Ketika Rasulullah SAW.
Menereima wahyu pertama, yang mula-mula diperintahkan kepadanya adalah “membaca” .

a) Penyampaian ilmu dan filsafat yunani kedunia islam.


Dalam perjalanan ilmu dan juga filsafat diduniab islam, pada dasarnya terdapat upaya rekonsiliasi dalam arti mendekatkan dan mempertemukan dua pandangan yang berbeda, bahkan seringkali eksrim antara pandangan filsafat yunani, sperti Plato dan Aristoteles, dengan pandangan keagamaan dalam agama islam yang sering terjadi benturan-benturan. Sebagai contoh konkret dapat disebutka bahwa plato dan Aristoteles telah memberikan penaruh yang besar pada mahzab-mahzab islam, khsususnya mahzab eklesitsisme.

Menurut C. A. Qadir, proses nerjemahan dan penafsiran buku-buku yunani di negeri-negeri Arab dimulai jauh sebelum lahirnya agama islam atau penaklukan timur dekat oleh bangsa arab pada tahun 641 M


b) Perkembangan ilmu pada masa islam klasik


Selanjutnya , satu hal yang patut dicatat dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu dalam islam adalah peristiwa Fitnah al-kubra, yang ternyata tidak hanya membawa konsekuensi logis dari segi politis an- sich seperti selama ini tapi ternyata juga membawa perubahan besar bagi pertumbuhan dan perkembangan ilmu di dunia islam. Pada awal islam pengaruh bHellenisme dan juga filsafat Yunani terhadap tradisi keilmuan islam sudah sedemikian kental, sehingga pada saat selanjutnya pengaruh itu pun terus mewarnai perkembangan ilmu pada masa-masa berikunya.

c) Perkembangan ilmu pada masa kejayaan islam

Pada masa kejayaan pemerintahan dinasti Umayyah dan dinasti Abbasiyah dimana ilmu berkembang sangat maju dan pesat sehingga pada saat yang sama wilayah –wilayah yang jauh diluar kekuasaan islam masih berada pada masa kegelapa peradaban (Dark age).

Kita mengenal nama-nama seperti Al-mansur, Al-Ma’mun, dan Harun Al-Rasyid, yang menberikan perhatian teramat besar bagi perkembangan ilmu di dunia islam yaitu dengan melakukan penerjemaham karya-karya filosof Yunani kedalam bahasa Arab. Selanjutnya pada pertengahan abad ke-10 muncul dua penerjemah terkemuka yaitu Yahya ibn A’di (974) dan Abu Ali isa Ibn Ishaq Ibn Zera (1008) yang banyak memperbaiki terjemahan dan menulis komentar mengenai karya-karya Aistoteles.
Al- Kindi seorang ilmuan yang mengeluti bidang matematika dan fisika, Al-Farabi, yang menggeluti bidang geometri dan matematika dan seorang musikus Muslim, Ibn bajah, ibn Tufail, dan Ibn Rushd yang hidup di Andalusia byang menggeluti bidang kedokteran. Kemudian Muhammad Ibnu Zakaria Al- Razi, Dokter besar dalam islam yang terkenal orisinalitasnya dan pandangannya yang jernih dan kemamapuaanya menemukan jenis-jenis penyakit yang belum dikenal sebelumnya.


d) Masa keruntuhan tradisi keilmuan dalam islam

Pada abad ke-18 adalah abad yang paling menyedihkan bagi umat islam yang menperoleh catatan buruk bagi peradaba islam secara universal. Dlam bukunya, The Recontrucction of Religius Thought in Islam menyatakan bahwa penyebab utama kematian semangat ilmiah di kalangan umat islam adalah diterimanya paham yunani mengenai realitas yang pada pokokmya bersifat statis, sementara jiwa islam bersifat dinamis dan berkembang. Sebab lainnya adalah persepsi yang keliru dalam memahami pemikiran Al- Gazali yang menolak filsafat . seklain sebab-sebab diatas, kesulitan-kesulitan ijtihat dan mistisime asketik juga merupakan factor yang menyebabakan kemunduran tradisi intelektual dan keilmuan di dunia islam.



















BAB IV
KEMAJUAN ILMU PADA ZAMAN RENAISSANCE DAN MODERN


a) Masa Renaisans (Abad 15-16)

Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Pada zaman ini manusia barat mulai berpikir secara baru, dan secara berangsur-angsur melepaskan diri dari otoritas kekuasaan gereja yang selama ini telah membelenggu kebebasan dalam mengemukakan kebenaranfilsafat dam ilmu sperti Nicholas Copernicus
(1473-1443) dan Francis Bacon (1561-1626) dimana Copernicus menyatakan bahwa matahari berada di pusat jagad raya dan bumi memiliki dua macam gerak yaitu perputaran sehari-hari pada porosnya dan gerak tahunan mennelilingi matahari yang sering kita sebut dengan teori Helliosentrisme. Sedangkan Bacon mengemukakan bahwa Pengetahuan adalah kekuasaan. Ada tiga contoh yang dapat membuktikan pernyataan tersebut, yaitu:

(1) Mesin menhasilkan kemenangan dan perang modern

(2) Kompas memungkinkan manusia mengarungi lautan

(3) Percetakkan yang mempercepat penyebaran ilmu

Tycho Brahe (1546-1601) Dia ada sorang Astronomi yang menemukan bintang yang cemerlang selama 16 bulan sebelum ia padam lagi. Penemuan membuktikan bahwa benda-benda angkasa tidak menempel pada crys talline spheres, melainkan dating darintempat yang sebelumnya tidak dapat dilihat dan kemudian muncul perlahan-lahan ke tempat yang dapat dilihat untuk kemudian menghilang lagi (Kesimpulannya adalah “benda-benda angkasa semuanya” terpung bebas” dalam ruang angkasa. Johanes Keppler (1571-1630) adalah seorang matematika yang menemukan tiga buah hokum astronomi, yaitu:
(1) Orbit dari semua planet berbentuk elips
(2) Dalam waktu yang sama, garis penhubung antara planet dan matahari selalu melintasi bidang yang luasnya sama.
(3) Bila jarak rata-rata dua panet A dan B dengan matahari adalah X dan Y, sedangkan waktu untuk melintasi orbit masing-masing adalah P dan Q maka P+ : Q+ = X+ : Y+.


Muncul Galileo (1546-1642) yang menemukan penemuan lintas peluru, hukum pergerakan dan tata bulan planet Jupiter dan membuat teropong bintang . Napier(1550- 1617) yang menemukan Logaritma dan oleh Brggs dan Brochiel de Decker. Desarque (1593-1662) ditemukan Projective Geometry, yang berhubungan dengan melihat sesuatu, yaitu manusia A melihat benda P dari tempat T.Fremat mengembangkan Orthonal Coodinate System, Seperti halnya Descartes di juga melaksanakan penelitian tori Al-jabar berkenaan dengan bilamngan- bilangan dan soal-soal yang dalam tangan newtin dan Leibniz yang menjelma debagai perhitungan diferensial –Integral (calculus). Bersama Pascal, Fermat menyusun dasar perhitungan statistic.

b) Zaman Modern (abad 17-19 M)


Isaac Newton (1643-1727) disamping menjadi pemimpin tempat pembuatan logam di kerajaan inggris, ia menekuni bidang ilmu hingga lahirnya Teori Gravitasi, perhitungan Kalkulus dan optic merupakan karya bersar Newton. Teori Gravitasi memberikan keterangan mengapa planet tidak bergerak lurus melainkan mengikuti lintasan elips.

Berdasarkan Teori Gravitasi dan perhitungan-perhitungan yang dilakukan Newton, dapat diteangkan dasar dari semua lintasan planet dan bulan, pengaruh pasang air samudra dan lain-lain peristiwa astronomi. Dari temuan Newton ini pada tahun 1930 ditemukan planet Neptunus dan selanjutnya pada abad ke 20 ditemukan planet trakhir yaitu planet Pluto.

Perhitungan Kalkulus atau yang disebut juga diferensial/ Integral oeh Newton di Inggris dan Leibniz di Jerman terbukti sangat luas gunanya untuk menghitung macam-macam hubungan antara dua atau lebih banyak hal yang berubah bersama dengan ketentuan yang teratur.

Joseph Black (1728-1799) dikenal sebagai pelopor dalam pemeriksaan kualitatif, ia menemukan gas CO2. Hendry Prestey (1731-1810) menemukan sembilan macam hawa No dan Oksigen yang antara lain dihasilkan oleh tanaman. Antonie Laurent Lavoiser (1743-1794) meletakan dasar ilmu kimia sebagaimana yang dikenas sekarang.

MAKALAH KELUARGA SAKINAH


MAKALAH
“MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH”




DISUSUN OLEH :

                            Dwi Prayogo                                        (18073292)
                            Tri Subowo                                           (18073302)
                            Siti Syamsiyah                                      (18073307)
                            Reni Suparmiati                                    (18073308)
                            Wahyu Tri Prasetyo                              (18073457)
                            Andi Prasetyo                                       (18073462)
                            Listyorini                                              (18073467)
                            Saryuni                                                 (18073468)
                            Wahyu Widati                                      (18073469)
                            Wulandari Septiningsih                        (18073470)
                           
AKADEMI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
BINA SARANA INFORMATIKA
YOGYAKARTA
2009
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT ,karena  dengan limpahan rahmat dan hidayahNya akhirnya  makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik. Makalah ini membahas tentang keluarga sakinah yang kami  beri judul : “MEMBANGUN KELUARGA SAKINAH”.
Kami menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penyusunan makalah ini tidak akan berjalan dengan baik. Untuk itu ,penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh darikesempurnaan,oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan pada masa yang akan datang.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.



                                                                                          Yogyakarta,Oktober 2009
                                                                                                         
                                                                                                       Penulis


ABSTRAKSI MAKALAH
Apa itu keluarga sakinah???
          Mewujudkan keluarga Sakinah Mawaddah dan Warohmah adalah dambaan setiap insan manusia. Betapa bahagianya kita mempunyai keluarga yang dipenuhi rasa saling mencintai, menyayangi, melindungi dan menghormati. Namun ternyata mewujudkan keluarga seperti itu bukanlah pekerjaan membalik telapak tangan. Dibutuhkan usaha keras dan dukungan dari semua pihak dalam keluarga baik Ayah, ibu dan anak. Tanggung jawab terbesar adalah Ayah yang bertindak sebagai kepala keluarga. Peran Ayah sangat vital yang bertindak sebagai nahkoda yang akan menggerakkan kemana kapal akan berlayar dan berlabuh. Ibu pun tidak kecil peranannya dalam pembangunan watak dan karakter anak-anak serta mengatur keuangan keluarga.
          Akan tetapi, tidak jarang dari mereka menemukan jalan buntu, baik yang berkecupan secara materi maupun yang berkekurangan. Apa sebenarnya rahasianya? Mengapa kebanyakan manusia sulit menemukannya? Mengapa sering terjadi percekcokan dan pertengkaran di dalam rumah tangga, yang kadang-kadang akibatnya  meruntuhkan keutuhan rumah tangga?
Berikut ini dalam makalah akan dijelaskan beberapa tips yang perlu diperhatikan untuk menuju keluarga yang sakinah….
Semoga bermanfaat

Yogyakarta,  4 Desember  2009
   
  Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul.............................................................................................          i
Kata Pengantar.............................................................................................          ii
Abstraksi Makalah.......................................................................................          iii
Daftar Isi    ..................................................................................................          iv
BAB I PENDAHULUAN
          1.1     Latar Belakang..........................................................................          1
          1.2     Rumusan Masalah.....................................................................          2
          1.3     Ruang Lingkup.........................................................................          2
          1.4     Maksud dan Tujuan..................................................................          2
          1.5     Metode Pengumpulan Data......................................................          3
          1.6     Sistematika Penulisan................................................................          3
BAB II PEMBAHASAN
          2.1     Pengertian Keluarga..................................................................          4
          2.2     Fungsi Keluarga........................................................................          5
          2.3     Pengertian Keluarga Sakinah....................................................          6
          2.4     Ciri-Ciri Keluarga Sakinah........................................................          7
          2.5     Cara Membangun Keluarga Sakinah.........................................          10

          2.6     Faktor yang Berhubungan dengan Pembentukan
                   Keluarga sakinah.......................................................................         17
BAB III KESIMPULAN
          3.1     Kesimpulan...............................................................................          21




BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
          Menurut undang-undang RI nomor 1 tahun 1974 pengertian dan tujuan perkawinan terdapat dalam satu pasal, yaitu bab 1 pasal 1 menetapkan bahwa “perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk rumah tangga, keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dengan demikian jelas bahwa diantara tujuan pernikahan adalah membentuk sebuah rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan warahmah.
          Sebuah masyarakat di negara manapun adalah kumpulan dari beberapa keluarga. Apabila keluarga kukuh, maka masyarakat akan bersih dan kukuh. Namun apabila rapuh, maka rapuhlah masyarakat. Menikah memang tidaklah sullit, tetapi membangun keluarga sakinah bukan sesuatu yang mudah. Pekerjaan membangun, pertama harus didahului dengan adanya gambar yang merupakan konsep dari bangunan yang diinginkan. Demikian juga membangun keluarga sakinah, terlebih dahulu orang harus memiliki konsep tentang keluarga sakinah.
          .Al-Qur’an membangunkan sebuah keluarga yang sakinah dan  kuat untuk membentuk suatu tatanan masyarakat yang memelihara aturan-aturan Allah dalam kehidupan. Aturan yang ditawarkan oleh Islam menjamin terbinanya keluarga bahagia, lantaran nilai kebenaran yang dikandunginya, serta keselarasannya yang ada dalam fitrah manusia. Hal demikianlah yang mendasari kami menulis makalah ini. Pada makalah ini akan diuraikan tentang keluarga sakinah, dan konsep-konsep cara membangun keluarga sakinah berdasarkan Al-Qur’an.
1.2.       Rumusan Masalah
          Makalah ini merupakan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.             Apa pengertian keluarga?
2.             Apa saja fungsi keluarga?
3.             Apa pengertian keluarga sakinah?
4.             Bagaimana cirri-ciri keluarga sakinah?
5.             Bagaimana cara membangun keluarga sakinah?
6.             Faktor apa saja yang berhubungan dengan pembentukan keluarga sakinah?

1.3.       Ruang Lingkup
Dalam makalah ini, kami membatasi masalah mengenai keluarga sakinah dan konsep membangun keluarga sakinah berdasarkan Al-Qur’an. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempertegas pembahasan sehingga dapat terfokus pada masalah yang akan dibahas serta dapat memberikan gambaran umum tentang isi makalah sehingga pembaca lebih mudah dalam mempelajarinya.

1.4.       Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi salah satu tugas mata kuliah Agama Islam di Bina Sarana Informatika. Sedangkan tujuan dari penulisan tugas ini adalah :
1.             Memahami hakekat keluarga
2.             Memahami fungsi-fungsi keluarga
3.             Memberikan uraian tentang konsep keluarga sakinah dan bagaimana cara membangun keluarga sakinah.


1.5.       Metode Pengumpulan Data
          Untuk memperoleh data yang digunakan dalam tugas ini, penulis menggunakan Metode Browsing Internet, yaitu metode yang digunakan dengan browsing atau membaca referensi-referensi yang berkaitan dengan msalah yang dibahas dalam tugas ini di internet.

1.6.       Sistematika Penulisan
            Makalah ini terbagi dalam 3 bagian inti yakni :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah, ruang lingkup, maksud dan tujuan, serta metode-metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk menyusun tugas ini. Selain itu, penulis juga menguraikan mengenai sitematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN
Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang materi-materi yang akan dibahas karena bab ini merupakan bab utama dari makalah ini. Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang keluarga sakinah, meliputi: pengertian keluarga; fungsi keluarga; pengertian keluarga sakinah; cirri-ciri keluarga sakinah;cara membangun keluarga sakinah; factor-faktor yang berhubungan dengan pembentukan keluarga sakinah.
BAB III KESIMPULAN
          Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang kesimpulan-kesimpulan dari masalah yang dibahas pada makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1         Pengertian Keluarga
          Keluarga secara sinonimnya ialah rumahtangga, dan keluarga adalah satu institusi sosial yang berasas karena keluarga menjadi penentu (determinant) utama tentang apa jenis warga masyarakat. Keluarga menyuburi (nurture) dan membentuk (cultivate) manusia yang budiman, keluarga yang sejahtera adalah tiang dalam pembinaan masyarakat (Sufean Hussin dan Jamaluddin Tubah, 2004 : 1).
          Menurut Dr Leha @ Zaleha Muhamat (2005: 2), perkataan ‘keluarga’ ialah komponen masyarakat yang terdiri daripada suami, istri dan anak-anak atau suami dan istri saja (sekiranya pasangan masih belum mempunyai anak baik anak kandung/angkat atau pasangan terus meredhai kehidupan dengan tanpa dihiasi dengan gelagat kehidupan anak-anak). Pengertian ini hampir sama dengan pengertian keluarga yang dijelaskan oleh Zakaria Lemat (2003: 71) yaitu, keluarga merupakan kelompok paling kecil dalam masyarakat, sekurang kurangnya dianggotai oleh suami dan istri atau ibu bapak dan anak-anak. Ia adalah asas pembentukan sebuah masyarakat. Kebahagiaan masyarakat adalah bergantung kepada setiap keluarga yang menganggotai masyarakat.
          William J. Goode menjelaskan keluarga sebagai suatu unit sosial yang ekspresif atau emosional, ia bertugas sebagai agensi instrumental untuk struktur sosial yang lebih besar, kesemua institusi dan agensi lain bergantung kepada sumbangannya. Misalnya, tingkah laku peranan yang dipelajari dalam keluarga menjadi tingkah laku yang diperlukan dalam segmen masyarakat lain.

2.2     Fungsi Keluarga
          Masyarakat adalah cerminan kondisi keluarga, jika keluarga sehat berarti masyarakatnya juga sehat. Jika keluarga bahagia berarti masyarakatnya juga bahagia. Selain sebagai penentu kondisi masyarakat tersebut, keluarga juga mempunyai beberapa fungsi lain dari sudut pandang yang berbeda, yaitu :
·                Fungsi Reproduksi
          keluarga mempunyai fungsi produksi, karena keluarga dapat menghasilkan keturunan secara sah.
·                Fungsi Ekonomi
          kesatuan ekonomi mandiri, anggota keluarga mendapatkan dan membelanjakan harta untuk memenuhi keperluan
·         Fungsi Protektif
keluarga harus senantiasa melindungi anggotanya dari ancaman fisik, ekonomis dan psiko sosial. Masalah salah satu anggota merupakan masalah bersama seluruh anggota keluarga.
·         Fungsi Rekreatif
Keluarga merupakan pusat rekreasi bagi para anggotanya. Kejenuhan dapat dihilangkan ketika sedang berkumpul atau bergurau dengan anggota keluarganya.
·         Fungsi Afektif
Keluarga memberikan kasih sayang, pengertian dan tolomg menolong diantara anggota keluarganya, baik antara orang tu terhadap anak-anaknya maupun sebaliknya.
·         Fungsi Edukatif
Keluarga memberikan pendidikan kepada anggotanya, terutama kepada anak-anak agar anak-anak tumbuh menjadi anak yang mempunyai budi pekerti luhur. Sehingga keluarga merupakan tempat pendidikan yang paling utama.

2.3         Pengertian Keluarga Sakinah
          Menurut kaidah bahasa Indonesia, sakinah mempunyai arti kedamaian, ketentraman, ketenangan, kebahagiaan. Jadi keluarga sakinah mengandung makna keluarga yang diliputi rasa damai, tentram, juga. Jadi keluarga sakinah adalah kondisi yang sangat ideal dalam kehidupan keluarga. 
          Keluarga sakinah juga sering disebut sebagai keluarga yang bahagia. Menurut pandangan Barat, keluarga bahagia atau keluarga sejahtera ialah keluarga yang memiliki dan menikmati segala kemewahan material. Anggota-anggota keluarga tersebut memiliki kesehatan yang baik yang memungkinkan mereka menikmati limpahan kekayaan material. Bagi mencapai tujuan ini, seluruh perhatian, tenaga dan waktu ditumpukan kepada usaha merealisasikan kecapaian kemewahan kebendaan yang dianggap sebagai perkara pokok dan prasyarat kepada kesejahteraan (Dr. Hasan Hj. Mohd Ali, 1993 : 15).
          Pandangan yang dinyatakan oleh Barat jauh berbeda dengan konsep keluarga bahagia atau keluarga sakinah yang diterapkan oleh Islam. Menurut Dr. Hasan Hj. Mohd Ali (1993: 18 – 19) asas kepada kesejahteraan dan kebahagiaan keluarga di dalam Islam terletak kepada ketaqwaan kepada Allah SWT. Keluarga bahagia adalah keluarga yang mendapat keredhaan Allah SWT. Allah SWT redha kepada mereka dan mereka redha kepada Allah SWT. Firman Allah SWT: “Allah redha kepada mereka dan mereka redha kepada- Nya, yang demikian itu, bagi orang yang takut kepada-Nya”. (Surah Al-Baiyyinah : 8).
          Menurut Paizah Ismail (2003 : 147), keluarga bahagia ialah suatu kelompok sosial yang terdiri dari suami istri, ibu bapak, anak pinak, cucu cicit, sanak saudara yang sama-sama dapat merasa senang terhadap satu sama lain dan terhadap hidup sendiri dengan gembira, mempunyai objektif  hidup baik secara individu atau secara bersama, optimistik dan mempunyai keyakinan terhadap sesama sendiri.
          Dengan demikian, keluarga sakinah ialah kondisi sebuah keluarga yang sangat ideal yang terbentuk berlandaskan Al-Quran dan Sunnah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kebendaan bukanlah sebagai ukuran untuk membentuk keluarga bahagia sebagaimana yang telah dinyatakan oleh negara Barat.

2.4         Ciri-Ciri Keluarga Sakinah
          Pada dasarnya, keluarga sakinah sukar diukur karena merupakan satu perkara yang abstrak dan hanya boleh ditentukan oleh pasangan yang berumahtangga. Namun, terdapat beberapa ciri-ciri keluarga sakinah, diantaranya :
a.             Rumah Tangga Didirikan Berlandaskan Al-Quran Dan Sunnah
          Asas yang paling penting dalam pembentukan sebuah keluarga sakinah ialah rumah tangga yang dibina atas landasan taqwa, berpandukan Al-Quran dan Sunnah dan bukannya atas dasar cinta semata-mata. Ia menjadi panduan kepada suami istri sekiranya menghadapi perbagai masalah yang akan timbul dalam kehidupan berumahtangga.
          Firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa’ ayat 59 yang artinya :
Kemudian jika kamu selisih faham / pendapat tentang sesuatu, maka kembalilah kepada Allah (Al-Quran) dan Rasulullah (Sunnah)”.


b.             Rumah Tangga Berasaskan Kasih Sayang (Mawaddah Warahmah)
Tanpa ‘al-mawaddah’ dan ‘al-Rahmah’, masyarakat tidak akan dapat hidup dengan tenang dan aman terutamanya dalam institusi kekeluargaan. Dua perkara ini sangat-sangat diperlukan kerana sifat kasih sayang yang wujud dalam sebuah rumah tangga dapat melahirkan sebuah masyarakat yang bahagia, saling menghormati, saling mempercayai dan tolong-menolong. Tanpa kasih sayang, perkawinan akan hancur, kebahagiaan hanya akan menjadi angan-angan saja.

c.              Mengetahui Peraturan Berumahtangga
Setiap keluarga seharusnya mempunyai peraturan yang patut dipatuhi oleh setiap ahlinya yang mana seorang istri wajib taat kepada suami dengan tidak keluar rumah melainkan setelah mendapat izin, tidak menyanggah pendapat suami walaupun si istri merasakan dirinya betul selama suami tidak melanggar syariat, dan tidak menceritakan hal rumahtangga kepada orang lain. Anak pula wajib taat kepada kedua orangtuanya selama perintah keduanya tidak bertentangan dengan larangan Allah.
Lain pula peranan sebagai seorang suami. Suami merupakan ketua keluarga dan mempunyai tanggung jawab memastikan setiap ahli keluarganya untuk mematuhi peraturan dan memainkan peranan masing-masing dalam keluarga supaya sebuah keluarga sakinah dapat dibentuk.
Firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa’: 34 yang artinya :
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka)[290]. wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar”.

d.             Menghormati dan Mengasihi Kedua Ibu Bapak
Perkawinan bukanlah semata-mata menghubungkan antara kehidupan kedua pasangan tetapi ia juga melibatkan seluruh kehidupan keluarga kedua belah pihak, terutamanya hubungan terhadap ibu bapak kedua pasangan. Oleh itu, pasangan yang ingin membina sebuah keluarga sakinah seharusnya tidak menepikan ibu bapak dalam urusan pemilihan jodoh, terutamanya anak lelaki. Anak lelaki perlu mendapat restu kedua ibu bapaknya karena perkawinan tidak akan memutuskan tanggungjawabnya terhadap kedua ibu bapaknya. Selain itu, pasangan juga perlu mengasihi ibu bapak supaya mendapat keberkatan untuk mencapai kebahagiaan dalam berumahtangga.
Firman Allah SWT yang menerangkan kewajiban anak kepada ibu bapaknya dalam Surah al-Ankabut : 8 yang artinya :
“Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepadadua orang ibu- bapanya. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku khabarkan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan



e.              Menjaga Hubungan Kerabat dan Ipar
          Antara tujuan ikatan perkawinan ialah untuk menyambung hubungan keluarga kedua belah pihak termasuk saudara ipar kedua belah pihak dan kerabat-kerabatnya. Karena biasanya masalah seperti perceraian timbul disebabkan kerenggangan hubungan dengan kerabat dan ipar.

2.5         Cara Membangun Keluarga Sakinah
          Dalam kehidupan sehari-hari, ternyata upaya mewujudkan keluarga yang sakinah bukanlah perkara yang mudah, ditengah-tengah arus kehidupan seperti ini,. Jangankan untuk mencapai bentuk keluarga yang ideal, bahkan untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga saja sudah merupakan suatu prestasi tersendiri, sehingga sudah saat-nya setiap keluarga perlu merenung apakah mereka tengah berjalan pada koridor yang diinginkan oleh Allah dalam mahligai tersebut, ataukah mereka justru berjalan bertolak belakang dengan apa yang diinginkan oleh-Nya.
          Islam mengajarkan agar keluarga dan rumah tangga menjadi institusi yang aman, bahagia dan kukuh bagi setiap ahli keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan atau unit masyarakat yang terkecil yang berperan sebagai satu lembaga yang menentukan corak dan bentuk masyarakat. Institusi keluarga harus dimanfaatkan untuk membincangkan semua hal sama ada yang menggembirakan maupun kesulitan yang dihadapi di samping menjadi tempat menjana nilai-nilai kekeluargaan dan kemanusiaan. Kasih sayang, rasa aman dan bahagia serta perhatian yang dirasakan oleh seorang ahli khususnya anak-anak dalam keluarga akan memberi kepadanya keyakinan dan kepercayaan pada diri sendiri untuk menghadapi berbagai persoalan hidupnya. Ibu bapak adalah orang pertama yang diharapkan dapat memberikan bantuan dan petunjuk dalam menyelesaikan masalah anak. Sementara seorang ibu adalah lambang kasih sayang, ketenangan dan juga ketenteraman.
          Al-Quran merupakan landasan dari terbangunnya keluarga sakinah, dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam keluarga dan masyarakat. Menurut hadis Nabi, pilar keluarga sakinah itu ada lima, yaitu :
·         memiliki kecenderungan kepada agama
·         yang muda menghormati yang tua dan yang tua menyayangi yang muda
·         sederhana dalam belanja
·         santun dalam bergaul dan
·         selalu introspeksi.
          Sedangkan Konsep-konsep cara membangun keluarga sakinah adalah :
a.             Memilih Kriteria Calon Suami atau Istri dengan Tepat
          Agar terciptanya keluarga yang sakinah, maka dalam menentukan kriteria suami maupun istri haruslah tepat. Diantara kriteria tersebut misalnya beragama islam dan shaleh maupun shalehah; berasal dari keturunan yang baik-baik; berakhlak mulia, sopan santun dan bertutur kata yang baik; mempunyai kemampuan membiayai kehidupan rumah tangga (bagi suami).
Rasul Allâh SAW bersabda, “Perempuan dinikahi karena empat faktor: Pertama, karena harta; Kedua, karena kecantikan; Ketiga, kedudukan; dan Keempat, karena agamanya. Maka hendaklah engkau pilih yang taat beragama, engkau pasti bahagia.

b.             Dalam keluarga Harus Ada Mawaddah dan Rahmah
          Mawaddah adalah jenis cinta membara, yang menggebu-gebu dan “nggemesi”, sedangkan rahmah adalah jenis cinta yang lembut, siap berkorban dan siap melindungi kepada yang dicintai.
          Rasa damai dan tenteram hanya dicapai dengan saling mencintai. Maka rumah tangga muslim punya ciri khusus, yakni bersih lahir baathin, tenteram, damai dan penuh hiasan ibadah.
Firman Allah SWT Surat Ar-Rum : 21 yang artinya :
 Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir

c.              Saling Mengerti Antara Suami-Istri
Seorang suami atau istri harus tahu latar belakang pribadi masing-masing. Karena pengetahuan terhadap latar belakang pribadi masing-masing adalah sebagai dasar untuk menjalin komunikasi masing-masing. Dan dari sinilah seorang suami atau istri tidak akan memaksakan egonya. Banyak keluarga hancur, disebabkan oleh sifat egoisme. Ini artinya seorang suami tetap bertahan dengan keinginannya dan begitu pula istri. Seorang suami atau istri hendaklah mengetahui hal-hal sebagai berikut :
·                Perjalanan hidup masing-masing
·                Adat istiadat daerah masing-masing (jika suami istri berbeda suku dan atau daerah)
·                Kebiasaan masing-masing
·                Selera, kesukaan atau hobi
·                Pendidikan
·                Karakter/sikap pribadi secara proporsional (baik dari masing-masing, maupun dari orang-orang terdekatnya, seperti orang tua, teman ataupun saudaranya, dan yang relevan dengan ketentuan yang dibenarkan syari`at.

d.             Saling Menerima
          Suami istri harus saling menerima satu sama lain. Suami istri itu ibarat satu tubuh dua nyawa. Tidak salah kiranya suami suka warna merah, si istri suka warna putih, tidak perlu ada penolakan. Dengan keredhaan dan saling pengertian, jika warna merah dicampur dengan warna putih, maka aka terlihat keindahannya.

e.              Saling Menghargai
Seorang suami atau istri hendaklah saling menghargai:
·                Perkataan dan perasaan masingmasing
·                Bakat dan keinginan masing-masing
·                Menghargai keluarga masing-masing. Sikap saling menghargai adalah sebuah jembatan menuju terkaitnya perasaan suami-istri.

f.                   Saling Mempercayai
Dalam berumahtangga seorang istri harus percaya kepada suaminya, begitu pula dengan suami terhadap istrinya ketika ia sedang berada di luar rumah. Jika diantara keduanya tidak adanya saling percaya, kelangsungan kehidupan rumah tangga berjalan tidak seperti yang dicita-citakan yaitu keluarga yang bahagia dan sejahtera. Akan tetapi jika suami istri saling mempercayai, maka kemerdekaan dan kemajuan akan meningkat, serta hal ini merupakan amanah Allâh.

g.             Suami-Istri Harus Menjalankan Kewajibanya Masing-Masing
Suami mempunyai kewajiban mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, tetapi disamping itu ia juga berfungsi sebagai kepala rumah tangga atau pemimpin dalam rumah tangga. Allah SWT dalam hal ini berfirman: “Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, karena Alloh telah melebihkan sebagian dari mereka atas sebagian yang lainnya dan karena mereka telah membelanjakan sebagian harta mereka” (Qs. an-Nisaa’: 34).
Menikah bukan hanya masalah mampu mencari uang, walaupun ini juga penting, tapi bukan salah satu yang terpenting. Suami bekerja keras membanting tulang memeras keringat untuk mencari rezeki yang halal tetapi ternyata tidak mampu menjadi pemimpin bagi keluarganya.
Istri mempunyai kewajiban taat kepada suaminya, mendidik anak dan menjaga kehormatannya (jilbab, khalwat, tabaruj, dan lain-lain.). Ketaatan yang dituntut bagi seorang istri bukannya tanpa alasan. Suami sebagai pimpinan, bertanggung jawab langsung menghidupi keluarga, melindungi keluarga dan menjaga keselamatan mereka lahir-batin, dunia-akhirat. Ketaatan seorang istri kepada suami dalam rangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya adalah jalan menuju surga di dunia dan akhirat. Istri boleh membangkang kepada suaminya jika perintah suaminya bertentangan dengan hukum syara’, missal: disuruh berjudi, dilarang berjilbab, dan lain-lain.

h.             Suami Istri Harus Menghindari Pertikaian
Pertikaian adalah salah satu penyebab retaknya keharmonisan keluarga, bahkan apabila pertikaian tersebut terus berkesinambungan maka dapat menyebabkan perceraian. Sehingga baik suami maupun istri harus dapat menghindari masalah-masalah yang dapat menyebabkan pertikaian karena suami dan istri adalah fakkor paling utama dalam menentukan kondisi keluarga.
Rasulullah saw bersabda:
 “Laki-laki yang terbaik dari umatku adalah orang yang tidak menindas keluarganya, menyayangi dan tidak berlaku zalim pada mereka.” (Makarim Al-Akhlaq:216-217)
 “Barangsiapa yang bersabar atas perlakuan buruk isterinya, Allah akan memberinya pahala seperti yang Dia berikan kepada Nabi Ayyub (a.s) yang tabah dan sabar menghadapi ujian-ujian Allah yang berat. (Makarim Al-Akhlaq:213)
 “Barangsiapa yang menampar pipi isterinya satu kali, Allah akan memerintahkan malaikat penjaga neraka untuk membalas tamparan itu dengan tujuh puluh kali tamparan di neraka jahanam.” (Mustadrak Al- Wasail 2:550)


i.               Hubungan Antara Suami Istri Harus Atas Dasar Saling Membutuhkan
          Seperti pakaian dan yang memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna ( Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat:187), yaitu menutup aurat, melindungi diri dari panas dan dingin, dan sebagai perhiasan. Suami terhadap istri dan sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika istri mempunyai suatu kekurangan, suami tidak menceriterakan kepadaorang lain, begitu juga sebaliknya. Jika istri sakit, suami segera mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya. Istri harus selalu tampil membanggakan suami, suami juga harus tampil membanggakan istri, jangan terbalik di luaran tampil menarik orang banyak, di rumah “nglombrot” menyebalkan.

j.               Suami Istri Harus Senantiasa Menjaga Makanan yang Halal
          Menurut hadis Nabi, sepotong daging dalam tubuh manusia yang berasal dari makanan haram, cenderung mendorong pada perbuatan yang haram juga (qith`at al lahmi min al haram ahaqqu ila annar). Semakna dengan makanan, juga rumah, mobil, pakaian dan lain-lainnya.

k.             Suami Istri Harus Menjaga Aqidah yang Benar
          Akidah yang keliru atau sesat, misalnya mempercayai kekuatan dukun, majig dan sebangsanya. Bimbingan dukun dan sebangsanya bukan saja membuat langkah hidup tidak rasional, tetapi juga bias menyesatkan pada bencana yang fatal.
          Membina suatu keluarga yang bahagia memang sangat sangat sulit. Akan tetapi jika masing-masing pasangan mengerti konsep-konsep keluarga sakinah seperti yang telah diuraikan di atas, Insya Allah cita-cita untuk membentuk keluarga bahagia dan kekal dalam aturan syari’at Islam, yang disebutkan dengan “Rumahku adalah surgaku” akan terwujud.
          Disamping konsep-konsep diatas masih ada beberapa resep yang lain bagaimana menjadi keluarga sakinah, diantaranya :
·                Selama menempuh hidup berkeluarga, sadarilah bahwa jalan yang akan kita lalui tidaklah melulu jalan yang bertabur bunga kebahagiaan tetapi juga semak belukar yang penuh onak dan duri.
·                Ketika biduk rumah tangga oleng, janganlah saling berlepas tangan, tetapi sebaliknya justru semakin erat berpegangan tangan.
·                Ketika kita belum dikaruniai anak, cintailai istri atau suami dengan sepenuh hati.
·                Ketika sudah mempunyai anak, jangan bagi cinta kepada suami atau istri dan anak-anak dengan beberapa bagian tetapi cintailah suami-istri dan anak-anak dengan masing-masing sepenuh hati.
·                Ketika ekonomi keluarga belum membaik, yakinlah bahwa pintu rizki akan terbuka lebar berbanding lurus dengan tingkat ketaatan suami istri kepada Allah Swt.
·                Ketika ekonomi sudah membaik, jangan lupa akan jasa pasangan hidup yang setia mendampingi ketika menderita (justru godaan banyak terjadi disini, ketika hidup susah, suami selalu setia namun ketika sudah hidup mapan dan bahkan lebih dari cukup, suami sering melirik yang lain dan bahkan berbagi cinta dengan wanita yang lain)
·                Jika anda adalah suami, boleh bermanja-manja bahkan bersifat kekanak-kanakan kepada istri dan segeralah bangkit menjadi pria perkasa secara bertanggung-jawab ketika istri membutuhkan pertolongan.
·                Jika anda seorang istri, tetaplah anda berlaku elok, tampil cantik dan gemulai serta lemah lembut, tetapi harus selalu siap menyeleaikan semua pekerjaan dengan sukses.
·                Ketika mendidik anak, jangan pernah berpikir bahwa orang tua yang baik adalah orang tua yang tidak pernah marah kepada anak, karena orang tua yang baik adalah orang tua yang jujur kepada anak.
·                Jika anda wanita, ketika ada PIL, jangan diminum, cukuplah suami anda yang menjadi "obat".
·                Jika anda lelaki, ketika ada WIL, jangan pernah ajak berlayar sebiduk berdua ke samudra cinta, cukuplah istri anda sebagai pelabuhan hati.

2.6         Faktor yang Berhubungan dengan pembentukan Keluarga Sakinah
Membina sebuah keluarga bahagia dalam rumahtangga bukanlah suatuperkara yang mudah. Terdapat banyak faktor yang mendorong pasangan suami istri boleh membentuk keluarga bahagia yang diredhai Allah SWT. Antara faktor-faktor yang dinyatakan dalam kajian ini ialah faktor suami istri, faktor keilmuan, faktor hubungan ahli kerabat, dan faktor ekonomi.
a.             Faktor Suami Istri
Suami istri merupakan tunjang utama dalam pembentukan sebuah keluarga bahagia. Damainya sebuah institusi perkawinan itu bergantung kepada hubungan dan peranan suami istri untuk membentuk keluarga masing-masing. Ibu bapak atau ketua keluarga perlu memainkan peranan terutamanya saling hormat-menghormati di antara satu sama lain karena anak-anak akan mudah terpengaruh dengan tingkah laku mereka.
          Walaupun ketenteraman rumahtangga tanpa krisis dan kesepahaman merupakan ateri penyumbang kepada kebahagiaan rumahtangga, tetapi tanggung jawab suami istri seharusnya tidak ditepikan. Suami istri perlu menjalankan tanggungjawab sebagai suami, istri, dan tanggung jawab bersama.
          Suami merupakan ketua keluarga yang memainkan peranan paling penting untuk membentuk sebuah keluarga bahagia. Suami yang bahagia ialah suami yang sanggup berkorban dan berusaha untuk kepentingan keluarga dan rumah tangga yaitu memberi makan makanan yang baik untuk anak-anak dan istri, menjaga hak istri, memberi pakaian yang bersesuaian dengan pakaian Islam, mendidik anak-anak dan istri dengan didikan Islam yang benar serta memberi tempat perlindungan.
          Istri solehah ialah istri yang tahu menjaga hak suami, harta suami, anak-anak, menjaga maruah diri dan juga maruah suami serta membantu menjalankan urusan keluarga dengan sifat ikhlas, jujur, bertimbang rasa, amanah, dan bertanggungjawab. Tanggungjawab istri terhadap ahli keluarganya amatlah besar dan ia hendaklah taat terhadap segala perintah suaminya selagi tidak bertentangan dengan larangan Allah.

b.             Faktor Keilmuan
Membentuk sebuah keluarga bahagia bukanlah bergantung kepada pengalaman semata-mata. Setiap pasangan hendaklah mempunyai ilmu pengetahuan yang kukuh dalam semua aspek dan bukannya hanya mengutamakan ilmu perkawinan semata-mata. Pasangan perlu memahirkan diri dalam pelbagai bidang ilmu antaranya ilmu ekonomi, ateri, akhlak, ibadah dan sebagainya. Ilmu pengetahuan mampu menyelesaikan segala masalah yang melanda dalam rumahtangga secara rasionalnya.
Membina sebuah keluarga bahagia dengan asas yang kukuh terutamanya dengan pengetahuan keagamaan dapat menjadikan individu berfikir, dan bertindak sesuai dengan fitrah insaniah yang diberikan oleh Allah SWT. Keluarga Islam harus selalu meningkatkan kualiti pemikiran Islam yang sebenarnya sesuai dengan perubahan zaman.

c.              Faktor Ahli Kerabat
Setiap pasangan yang telah berkahwin perlu menyesuaikan diri dengan keadaan ahli keluarga pasangan masing-masing. Perkara ini sangat penting supaya tidak berlaku salah faham yang boleh mengeruhkan keharmonian rumahtangga yang baru ingin dibina. Asas yang paling utama ialah mengadakan hubungan yang erat dengan ibu bapa kedua-dua belah pihak.
Al-Imam al-Nawawi menjelaskan bahwa selain ibu bapak, seorang anak juga perlu menjaga hubungan kekeluargaan dengan kerabat-kerabat sebelah ibu dan bapak. Al-Nawawi menjelaskan bahwa seorang anak berbakti kepada ibu bapaknya jika dia menjaga hubungan yang baik dengan kerabat-kerabat mereka (Kamarul Azmi Jasmi, 2004 : 11). Islam juga turut menggalakkan supaya diutamakan kaum kerabat terlebih dahulu sekiranya ingin memberikan sedekah kerana melalui cara ini ia akan dapat membantu mengeratkan hubungan kekeluargaan disamping mendapat ganjaran pahala bersedekah.

d.             Faktor Ekonomi
          Pengurusan ekonomi dalam rumahtangga seharusnya tidak dipandang remeh oleh setiap pasangan. Menurut Dr. Johari bin Mat (1998: 12), kedudukan ekonomi yang tidak stabil menyebabkan masalah yang akan timbul dalam rumahtangga. Masalah  akan terjadi jika suami tidak dapat ateri nafkah yang secukupnya, atau istri terlalu mementingkan aspek material di luar kemampuan suami atau keluarga. Sebaiknya, setiap keluarga harus mengukur kemampuan masing-masing agar jangan sampai aspek ekonomi rumahtangga sebagai sebab bergolaknya keluarga dan penghalang untuk membentuk sebuah keluarga bahagia.
          Suami istri sepatutnya bijak dalam menyusun, mengatur, dan merancang keuangan keluarga. Oleh karena itu, pasangan perlu merancang setiap perbelanjaan dan bukannya hanya mengikut tuntutan nafsu yang ingin memenuhi kehidupan aterial. Perbelanjaan tanpa perancangan menyebabkan kehidupan sentiasa terasa terhimpit.













BAB III
KESIMPULAN

          Keluarga adalah satu institusi sosial karena keluarga menjadi penentu utama tentang apa jenis warga masyarakat. Apabila keluarga kukuh, maka masyarakat akan bersih dan kukuh. Namun apabila rapuh, maka rapuhlah masyarakat. Begitu pentingnya keluarga dalam menentukan kualitas masyarakat, sehingga dalam pembentukan sebuah keluarga harus benar-benar mengetahui pilar-pilar membangun sebuah keluarga.
          Mewujudkan keluarga sakinah adalah dambaan setiap manusia. keluarga sakinah ialah kondisi keluarga yang sangat ideal yang terbentuk berlandaskan Al-Quran dan Sunnah untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Kebendaan bukanlah sebagai ukuran untuk membentuk keluarga bahagia. Membangun keluarga sakinah tidaklah mudah, banyak yang mengalami kesulitan. Dasarnya, mereka harus mengetahui konsep-konsep membangun keluarga sakinah, yaitu :
a.              Memilih kriteria calon suami atau istri dengan tepat
b.             Dalam keluarga harus ada mawaddah dan rahmah
c.              Saling mengerti antara suami-istri
d.             Saling menerima
e.              Saling menghargai
f.              Saling mempercayai
g.             Suami-istri harus menjalankan kewajibanya masing-masing
h.             Suami istri harus menghindari pertikaian
i.               hubungan antara suami istri harus atas dasar saling membutuhkan
j.               Suami istri harus senantiasa menjaga makanan yang halal
k.             Suami istri harus menjaga aqidah yang benar
DAFTAR PUSTAKA

http://www.scribd.com/doc/3742938/LIMA-SYARAT-KELUARGA-SAKINAH
http://syamsuri149.wordpress.com/2008/02/06/membangun-keluarga-sakinah/
http://www.slideshare.net/road_to_khilafah/menuju-keluarga-sakinah
http://www.tentang-pernikahan.com/article/articleindex.php?aid=883
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/1835163-tips-keluarga-sakinah/
http://blog.belajarmenulis.com/memaknai-artikeluarga
http://gusuwik.info/2009/03/11/training-keluarga-sakinah-mawaddah-wa-rahmah-samara/
http://mujahid.wordpress.com/2006/11/02/sakinah-mawaddah-wa-rahmah/
http://utheyabdullah.multiply.com/journal/item/31
http://mubarok-institute.blogspot.com/